Page 173 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 173
http://pustaka-indo.blogspot.com
(ditulis sekitar tahun 100) membuat pernyataan yang mirip.
Dalam prolognya, dia menguraikan Firman (logos) yang
telah ada “pada mulanya bersama-sama dengan Allah” dan
menjadi agen penciptaan: “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia
dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala
24
yang telah dijadikan.” Si penulis tidak menggunakan kata
Yunani logos dengan cara yang sama seperti Philo: dia
tampaknya merasa lebih cocok dengan Yudaisme Palestina
daripada Yudaisme yang telah terpengaruh budaya Helenis
Yunani. Dalam terjemahan bahasa Aram atas kitab suci
Yahudi yang dikenal sebagai targums, yang sedang disusun
pada waktu itu, istilah Memra (Firman) dipergunakan untuk
menyebut aktivitas Tuhan di dunia. Istilah ini mempunyai
fungsi yang sama dengan istilah-istilah teknis lainnya, seperti
“kemuliaan”, “Roh Kudus”, dan “Shekinah” yang
menekankan perbedaan antara kehadiran Tuhan di dunia
dengan realitas Tuhan sendiri yang tak dapat dimengerti.
Seperti halnya hikmat ilahi, “Firman” menyimbolkan rencana
awal Tuhan dalam penciptaan. Ketika Paulus dan Yohanes
berbicara tentang Yesus seakan-akan dia memiliki sejenis
kehidupan praeksistensi, mereka tidak sedang menyarankan
bahwa dia adalah “oknum” suci kedua dalam pengertian
Trinitarian yang berkembang belakangan. Mereka
mengindikasikan bahwa Yesus telah melampaui mode
eksistensi temporal dan individual. Karena “kuasa” dan
“hikmat” yang dia hadirkan merupakan aktivitas-aktivitas
yang berasal dari Tuhan, maka dalam cara tertentu dia telah
mengungkapkan “apa yang telah ada sejak semula”. 25
Gagasan ini dapat dipahami dalam konteks Yahudi yang
ketat, meskipun generasi Kristen berikutnya yang berlatar
belakang Yunani akan menafsirkannya secara berbeda.
Dalam Kisah para Rasul, yang ditulis pada 100 M, kita dapat
melihat bahwa generasi awal Kristen masih memiliki konsep
~166~ (pustaka-indo)