Page 163 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 163
http://pustaka-indo.blogspot.com
keyakinan mereka bahwa dengan cara tertentu Yesus telah
menghadirkan sebuah citra tentang Tuhan. Sejak awal sekali,
mereka telah mulai berdoa kepadanya. Paulus percaya
bahwa kuasa Tuhan harus diupayakan agar bisa dijangkau
oleh kaum goyim dan memberitakan Injil ke kawasan yang
kini dikenal sebagai Turki, Makedonia, dan Yunani. Dia yakin
bahwa orang non-Yahudi bisa menjadi anggota Israel Baru
walaupun mereka tidak menjalankan hukum Musa secara
utuh. Hal ini ditentang oleh kelompok murid awal, yang
menghendaki untuk tetap menjadi sekte Yahudi yang lebih
eksklusif. Mereka kemudian memutuskan hubungan dengan
Paulus setelah sebuah perselisihan keras. Akan tetapi,
kebanyakan pengikut Paulus adalah Yahudi diaspora atau
Orang-Orang yang Takut kepada Allah, sehingga Israel Baru
tetap sangat berbau Yahudi. Paulus tidak pernah menyebut
Yesus sebagai “Tuhan”. Dia menyebutnya “Anak Tuhan”
dalam pengertian Yahudinya: dia sungguh-sungguh tidak
percaya bahwa Yesus merupakan inkarnasi dari Tuhan itu
sendiri. Menurut Paulus, Yesus hanya memiliki “kuasa” dan
“Ruh” Tuhan, yang mewujudkan aktivitas Tuhan di bumi dan
sama sekali tidak bisa disamakan dengan esensi ilahi yang
tak terjangkau.
Namun demikian, di dunia non-Yahudi, Kristen Baru tidak
mempunyai kepekaan tentang perbedaan yang halus ini,
sehingga pria yang telah menekankan kemanusiaannya yang
lemah dan tidak abadi itu akhirnya dipercayai sebagai Tuhan.
Doktrin Inkarnasi Tuhan dalam diri Yesus telah selalu dicela
orang Yahudi, dan, belakangan, orang Muslim pun
memandangnya sebagai penghujatan. Ini merupakan sebuah
doktrin yang sulit dan berbahaya; orang Kristen sering
menginterpretasikannya secara serampangan. Akan tetapi,
jenis ketaatan atas dasar Inkarnasi ini merupakan tema yang
cukup konstan dalam sejarah agama: akan kita saksikan
~156~ (pustaka-indo)