Page 162 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 162
http://pustaka-indo.blogspot.com
seperti yang pernah turun di gunung Sinai, menyelimuti
puncak gunung itu dan sebuah gema bat qol
memaklumatkan: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-
9
Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.” Berabad-abad
kemudian, ketika orang Kristen Yunani merenungkan makna
peristiwa ini, mereka memutuskan bahwa “kuasa” Allah
telah bersinar melalui kemanusiaan Yesus yang telah berubah
bentuk.
Mereka juga mencatat bahwa Yesus tidak pernah mengklaim
bahwa “kuasa-kuasa” (dynameis) ini hanya diberikan
kepadanya saja. Berulang-ulang Yesus menjanjikan kepada
murid-muridnya bahwa jika mereka memiliki “iman”, mereka
pun bisa menikmati “kuasa-kuasa” ini. Tentu saja yang
dimaksudkannya dengan iman bukan berarti menganut suatu
teologi yang benar, tetapi penumbuhan sikap batin yang
tunduk dan terbuka terhadap Tuhan. Jika murid-muridnya
membiarkan diri mereka terbuka kepada Tuhan tanpa
pamrih, mereka pasti akan mampu melakukan apa saja yang
bisa dia lakukan. Seperti para rabi, Yesus tidak percaya
bahwa Ruh hanya untuk segolongan elit istimewa, tetapi
tersedia bagi semua orang yang memiliki maksud baik:
sebagian ayat bahkan menyatakan bahwa, lagi-lagi seperti
pendapat sebagian rabi, Yesus percaya bahwa seorang
goyim pun bisa menerima kehadiran Ruh. Jika murid-
muridnya memiliki “iman”, mereka akan mampu untuk
melakukan hal-hal yang besar. Mereka bukan hanya akan
mampu menghapus dosa dan mengusir setan, melainkan juga
10
mampu memindahkan sebuah gunung ke laut. Mereka
akan menemukan bahwa kehidupan mereka yang lemah dan
tidak abadi telah diubah oleh “kuasa-kuasa” Tuhan yang
hadir dan aktif di dunia Kerajaan Mesias.
Setelah kematiannya, murid-murid itu tak mampu memupus
~155~ (pustaka-indo)