Page 186 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 186

http://pustaka-indo.blogspot.com
             harfiah  tentang  penciptaan  dan  penyelamatan;  mereka
             merupakan ungkapan simbolik bagi sebuah kebenaran batin.
             “Tuhan”  dan  Pleroma  bukanlah  realitas-realitas  eksternal
             yang ada “di luar sana”, melainkan dapat ditemukan di dalam
             diri:

                   Tinggalkan  pencarian  akan  Tuhan  dan  ciptaan
                   dan  hal-hal  lain  yang  serupa.  Carilah  dia
                   dengan  menjadikan  dirimu  sendiri  sebagai
                   titik  awalnya.  Cermati  siapa  yang  berada  di
                   dalam  dirimu  yang  menyebut  segala  sesuatu
                   sebagai  miliknya  dan  mengatakan,  Tuhanku,
                   pikiranku,  akalku,  jiwaku,  tubuhku.  Cermati
                   sumber-sumber  kesedihan,  kebahagiaan,  cinta,
                   benci.  Perhatikan  bagaimana  itu  terjadi
                   sehingga membuatmu melihat tanpa berkehendak,
                   mencintai  tanpa  berkehendak.  Jika  engkau
                   secara  saksama  meneliti  persoalan-persoalan
                   ini,  engkau  akan  menemukan  dia  di  dalam
                                   36
                   dirimu sendiri.
             Pleroma mewakili sebuah peta jiwa. Cahaya ilahi tetap akan
             ditemukan bahkan di dalam dunia yang gelap ini, jika seorang
             Gnostik  dapat  mengetahui  ke  mana  dia  harus  mencari:
             selama  Kejatuhan  Primal—pada  Sophia  ataupun  Demiurge
             —sebagian  dari  kilasan  ilahi  ikut  jatuh  dari  Pleroma  dan
             terperangkap  di  dalam  materi.  Kaum  Gnostik  bisa
             menemukan  kilasan  ilahi  di  dalam  jiwanya  sendiri,  bisa
             menjadi sadar akan kehadiran unsur ilahiah di dalam dirinya
             yang akan membantunya menemukan jalan untuk kembali.

             Kaum  Gnostik  menunjukkan  bahwa  banyak  di  antara  para
             pengikut baru Kristen tidak puas dengan gagasan tradisional
             tentang  Tuhan  yang  telah  mereka  warisi  dari  Yudaisme.
             Mereka tidak mengalami dunia sebagai sesuatu yang “baik”,
             sebagai  karya  dari  ilah  yang  penyayang.  Dualisme  dan
             dislokasi yang serupa melahirkan doktrin Marcion (100-165),



                            ~179~ (pustaka-indo)
   181   182   183   184   185   186   187   188   189   190   191