Page 191 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 191

http://pustaka-indo.blogspot.com
             Tuhan  Yang  Esa  dengan  demikian  telah  menggunakan
             personae  yang  berbeda  ketika  berurusan  dengan  dunia.
             Sabellius  berhasil  menarik  sejumlah  pengikut,  tetapi
             kebanyakan orang Kristen keberatan atas teorinya: teori itu
             menyarankan bahwa Tuhan yang apofatik itu ternyata dalam
             pengertian  tertentu  telah  menderita  ketika  memainkan
             peranan  Anak,  gagasan  yang  mereka  rasa  agak  sulit  untuk
             dapat  diterima.  Sungguhpun  demikian,  ketika  Paulus  dari
             Samosata, Uskup Antiokhia dari tahun 260 hingga 272, telah
             menyatakan  bahwa  sebenarnya  Yesus  adalah  seorang
             manusia  biasa,  yang  di  dalam  dirinya  Firman  dan  hikmat
             Tuhan  bersemayam  sebagaimana  dalam  sebuah  kuil.
             Pandangan ini juga dianggap tidak ortodoks. Teologi Paulus
             dikutuk  dalam  sebuah  sinode  di  Antiokhia  pada  tahun  264,
             meskipun  dia  berhasil  mempertahankan  keuskupannya  atas
             sokongan  dari  Ratu  Zenobea  di  Palmira.  Sungguh  menjadi
             sangat  rumit  untuk  menemukan  cara  mengakomodasi
             keyakinan  Kristen  bahwa  Yesus  itu  tuhan  dengan
             kepercayaan yang sama kuatnya bahwa Tuhan itu Satu.


             Ketika  Clement  meninggalkan  Aleksandria  pada  tahun  202
             untuk  menjadi  pendeta  di  bawah  keuskupan  Yerusalem,
             kedudukannya  di  sekolah  kateketik  diambil  alih  oleh  murid
             mudanya yang brilian, Origen, yang pada saat itu berusia dua
             puluh tahun. Sebagai seorang pemuda, Origen telah memiliki
             keyakinan kuat bahwa mati sebagai martir merupakan jalan
             menuju surga. Ayahnya, Leonides, mati di arena empat tahun
             silam  dan  Origen  berusaha  untuk  mengikuti  jejaknya.  Akan
             tetapi,  ibunya  menyelamatkannya  dengan  menyembunyikan
             pakaiannya.  Origen  pada  awalnya  berkeyakinan  bahwa
             hidup  sebagai  seorang  Kristen  berarti  harus  berpaling  dari
             dunia,  tetapi  kemudian  dia  meninggalkan  pandangan  ini  dan
             mengembangkan  sebentuk  Platonisme  Kristen.  Alih-alih
             melihat ada jurang lebar antara Tuhan dan dunia, yang hanya




                            ~184~ (pustaka-indo)
   186   187   188   189   190   191   192   193   194   195   196