Page 192 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 192
http://pustaka-indo.blogspot.com
mungkin dijembatani oleh dislokasi radikal melalui
pengurbanan nyawa, Origen mengembangkan sebuah teologi
yang menekankan kontinuitas antara Tuhan dan dunia.
Teologinya merupakan spiritualitas yang terang, bercahaya,
optimis, dan gembira. Selangkah demi selangkah, seorang
Kristen dapat mendaki mata rantai itu hingga dia mencapai
Tuhan, unsur alamiah dan kampung halamannya.
Sebagai seorang Platonis, Origen yakin akan keserumpunan
Tuhan dan jiwa: pengetahuan tentang yang ilahi adalah
alamiah bagi manusia. Pengetahuan itu dapat “diingat
kembali” dan dibangkitkan melalui latihan-latihan khusus.
Untuk menyesuaikan pandangan filsafat Platoniknya dengan
kitab suci Semitik, Origen mengembangkan sebuah metode
simbolik untuk membaca Alkitab. Dengan demikian,
kelahiran Kristus dari rahim perawan Maria pada dasarnya
tidak untuk dipahami sebagai suatu kejadian harfiah, tetapi
harus dilihat sebagai kelahiran hikmat ilahi di dalam jiwa. Dia
juga mengambil beberapa gagasan kaum Gnostik. Pada
mulanya, semua wujud di dalam dunia spiritual
berkontemplasi tentang Tuhan yang telah mengungkapkan
sendiri di dalam logos, Firman, dan hikmat suci. Akan tetapi,
mereka menjadi bosan dengan aktivitas kontemplasi
sempurna ini dan jatuh ke dalam dunia materi yang segera
memerangkap mereka. Akan tetapi, tidak semuanya gagal.
Jiwa berhasil mencapai Tuhan melalui perjalanan panjang
yang akan terus berlangsung setelah kematian. Lambat laun
jiwa akan meninggalkan tubuh dan naik menjadi ruh murni.
Melalui kontemplasi (theoria), jiwa akan mendapat
pengetahuan (gnosis) mengenai Tuhan, yang akan
mentransformasinya hingga, seperti yang diajarkan Plato, ia
akan menjadi suci. Tuhan sangatlah misterius dan tak ada
ucapan atau konsep kita sebagai manusia yang mampu
mengungkapkannya, tetapi jiwa mempunyai kapasitas untuk
~185~ (pustaka-indo)