Page 212 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 212
http://pustaka-indo.blogspot.com
pertanyaan penting. Dinyatakannya bahwa Yesus itu ilahiah,
tetapi tidak dijelaskan bagaimana logos bisa berasal “dari
bahan yang sama” dengan Tuhan Bapa tanpa menjadi Tuhan
kedua. Pada tahun 339, Marcellus, Uskup Ankira— teman
setia dan kolega Athanasius, yang bahkan pernah ikut ke
pengasingan bersamanya suatu kali—berpendapat bahwa
logos tidak mungkin merupakan sebuah wujud suci yang
abadi. Ia hanyalah sebuah kualitas atau potensi yang inheren
di dalam Tuhan: secara apa adanya, rumusan Nicene dapat
dituduh sebagai triteisme, kepercayaan bahwa ada tiga tuhan:
Tuhan Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Sebagai pengganti
homoousion yang kontroversial, Marcellus mengusulkan
istilah yang kompromistis, yaitu homoiousion, dari hakikat
yang sama atau serupa. Perdebatan yang berliku-liku ini
sering menjadi bahan olok-olok, terutama oleh Gibbon, yang
merasa adalah tak masuk akal jika kesatuan Kristen mesti
terancam hanya oleh sebuah diftong. Akan tetapi, yang
menarik adalah kegigihan yang terus dipertahankan oleh
orang Kristen terhadap perasaan mereka bahwa keilahian
Yesus merupakan hal yang esensial, meski sangat sulit untuk
merumuskannya dalam terma-terma yang konseptual.
Seperti Marcellus, banyak orang Kristen merasa terusik oleh
ancaman terhadap kesatuan ilahi. Marcellus kelihatannya
percaya bahwa logos hanyalah sebuah fase sementara: ia
muncul dari Tuhan pada saat penciptaan, berinkarnasi dalam
diri Yesus dan, ketika penebusan telah sempurna, ia akan
kembali larut ke dalam alam suci. Dengan demikian, Tuhan
Yang Esa tetap mencakup segalanya.
Akhirnya, Athanasius mampu meyakinkan Marcellus dan
para pengikutnya bahwa mereka mesti menggalang
kekuatan, karena mereka memiliki lebih banyak kesamaan
dibandingkan dengan sekte Arius. Dengan demikian, siapa
yang mengatakan bahwa logos berhakikat sama dengan
~205~ (pustaka-indo)