Page 217 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 217
http://pustaka-indo.blogspot.com
gagasan yang keliru. Oleh karena itu, di samping makna
harfiahnya, kitab suci juga memiliki signifikansi spiritual yang
tidak selalu mungkin diartikulasikan. Buddha juga telah
menyatakan bahwa ada pertanyaan yang “tidak memadai”
dan tidak layak buat dijawab, karena pertanyaan itu merujuk
kepada realitas yang berada di luar jangkauan kata-kata.
Anda hanya dapat menemukannya dengan menjalani teknik
kontemplasi introspektif: dalam pengertian tertentu Anda
harus menciptakannya bagi diri Anda sendiri. Upaya
menggambarkannya dalam kata-kata akan tak kurang
sulitnya dengan uraian verbal atas salah satu kuartet terakhir
Beethoven. Sebagaimana dikatakan Basil, realitas
keagamaan yang licin ini hanya mungkin didekati dengan
isyarat liturgi yang simbolik atau, akan lebih baik, dengan
diam. 15
Kristen Barat akan menjadi sebuah agama sangat riuh
berbicara dan memusatkan diri pada kerygma: ini akan
menjadi salah satu masalah terbesarnya dalam soal
ketuhanan. Akan tetapi, dalam gereja Ortodoks Yunani,
semua teologi yang baik akan mengambil sikap diam atau
apofatik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Gregory dari
Nyssa, setiap konsep tentang Tuhan hanyalah sebuah
simulakrum, kemiripan yang menyesatkan, sebuah berhala: ia
16
tak bisa mengungkapkan Tuhan itu sendiri. Orang Kristen
harus menjadi seperti Abraham, yang, dalam sejarah
hidupnya versi Gregory, menyingkirkan semua gagasan
tentang Tuhan dan berpegang teguh pada sebuah keimanan
yang “murni dan tidak bercampur dengan konsep apa
17
pun”. Dalam Life of Moses, Gregory menekankan bahwa
“visi sejati dan pengetahuan tentang apa yang kita cari justru
terdapat pada sikap tidak melihat, dalam kesadaran bahwa
tujuan kita melampaui semua pengetahuan dan terpisah dari
~210~ (pustaka-indo)