Page 222 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 222
http://pustaka-indo.blogspot.com
24
yang kupikirkan terluput dariku.
Orang Kristen Ortodoks Yunani dan Rusia selalu
menemukan bahwa kontemplasi tentang Trinitas merupakan
sebuah pengalaman keagamaan yang penuh ilham. Akan
tetapi, bagi kebanyakan kaum Kristen Barat, Trinitas justru
membingungkan. Ini barangkali karena mereka hanya
memperhatikan apa yang oleh Kapadokian disebut sebagai
kualitas-kualitas kerygmatik, sementara bagi orang Yunani
itu merupakan kebenaran dogmatik yang hanya bisa dicerap
secara intuitif dan sebagai hasil pengalaman keagamaan.
Secara logis, tentu saja, itu sama sekali tidak bermakna.
Dalam sebuah khotbahnya, Gregory dari Nazianzus pernah
menjelaskan bahwa ketidakmungkinan memahami dogma
Trinitas membawa kita berhadapan dengan misteri ketuhanan
yang mutlak; ini mengingatkan bahwa kita tak mesti berharap
25
untuk memahaminya. Ini juga mencegah kita dari
menciptakan pernyataan-pernyataan sembarangan mengenai
Tuhan yang, ketika dia mengungkapkan diri, hanya bisa
tertuangkan dalam cara-cara yang tak terucapkan. Basil juga
memperingatkan kita untuk tidak membayangkan bahwa kita
bisa mengetahui cara kerja Trinitas, katakanlah begitu; tak
ada gunanya, misalnya, berusaha memecahkan teka-teki
bagaimana ketiga hypostases Tuhan Tertinggi pada saat
yang sama adalah identik dan berbeda. Ini berada di luar
jangkauan katakata, konsep, dan daya analisis manusia. 26
Dengan demikian, Trinitas tidak boleh diinterpretasikan
secara harfiah; ia bukanlah sebuah “teori” yang musykil
tetapi hasil dari theoria, kontemplasi. Ketika orang Kristen di
Barat menjadi gusar oleh dogma ini pada abad kedelapan dan
mencoba untuk mencampakkannya, mereka berupaya agar
Tuhan dapat dipahami secara rasional bagi Zaman Akal. Ini
adalah salah satu faktor pemicu timbulnya teologi Kematian
~215~ (pustaka-indo)