Page 261 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 261
http://pustaka-indo.blogspot.com
hal itu diperlihatkan kepadanya sedikit demi sedikit, seiring
responsnya terhadap logika batin peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Di dalam Al-Quran, kita bisa menemukan komentar
orang-orang sezaman tentang awal kedatangan Islam yang
unik dalam sejarah agama. Di dalam kitab suci ini, Tuhan
tampaknya menjelaskan tentang perkembangan situasi: dia
menjawab para pengkritik Muhammad, menguraikan makna
suatu peperangan atau konflik yang terjadi di dalam
masyarakat Islam generasi pertama, dan menunjukkan
dimensi ilahiah kehidupan manusia.
Al-Quran tidak turun kepada Muhammad dalam susunan
seperti yang kita jumpai pada masa sekarang, tetapi dalam
susunan yang lebih acak, sesuai peristiwa-peristiwa yang
datang dan penyimakannya atas makna yang lebih dalam.
Setiap kali bagian baru diwahyukan, Muhammad, yang tidak
bisa membaca atau menulis, akan mengucapkannya keras-
keras. Kaum Muslim pun menghafalnya sedangkan beberapa
sahabat yang bisa bacatulis menyalinnya. Sekitar dua puluh
tahun setelah wafatnya Muhammad, kompilasi resmi
pertama atas wahyu ini diselesaikan. Para editor meletakkan
surah-surah terpanjang pada bagian awal dan yang tersingkat
di bagian akhir. Susunan seperti ini tidaklah seacak
kelihatannya, karena Al-Quran bukanlah sebuah narasi atau
argumen yang membutuhkan tatanan berurutan. Susunan itu
merefleksikan berbagai tema: kehadiran Tuhan di dunia,
kehidupan para nabi, atau hari Akhir. Bagi orang yang tidak
bisa mengapresiasi keindahan bahasa Arab yang luar biasa,
Al-Quran tampak membosankan dan bertele-tele karena
sering mengulang-ulang tema yang sama. Namun, Al-Quran
tidak dimaksudkan untuk menjadi bahan kajian secara
pribadi, tetapi untuk pembacaan liturgis. Ketika kaum Muslim
mendengar sebuah surah dibacakan di dalam masjid, mereka
diingatkan kembali kepada semua ajaran inti keimanan
~254~ (pustaka-indo)