Page 268 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 268
http://pustaka-indo.blogspot.com
gaya bahasa padat, penuh kiasan, dan ungkapan-ungkapan
yang tidak langsung. Surah-surah pertama khususnya
memberikan kesan bahwa bahasa manusia tertatih-tatih dan
kepayahan untuk menyampaikan pesan ilahi. Kaum Muslim
sering mengatakan bahwa ketika mereka membaca
terjemahan Al-Quran, mereka merasa seperti membaca
kitab yang berbeda karena tak ada lagi kandungan keindahan
bahasa Arabnya yang tersampaikan. Sebagaimana tersirat
dari namanya, Al-Quran ditujukan untuk dibaca dengan suara
keras, dan pengaruh yang timbul dari bunyi bahasa itu
merupakan bagian penting dari kitab suci ini. Kaum Muslim
mengatakan bahwa tatkala mereka mendengar Al-Quran
dibacakan di masjid, mereka merasa dilingkupi oleh suara
yang berdimensi ilahiah, nyaris seperti Muhammad ketika
didekap oleh Jibril di Gua Hira atau ketika dia melihat
malaikat memenuhi seluruh penjuru ufuk. Al-Quran bukanlah
sebuah kitab yang dibaca sekadar untuk memperoleh
informasi. Membaca Al-Quran dimaksudkan untuk memetik
rasa tentang yang ilahi, dan karenanya tidak untuk dibaca
dengan tergesa-gesa:
Dan demikianlah Kami menurunkan Al-Quran
dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan
dengan berulangulang di dalamnya sebagian
dari ancaman, agar mereka bertakwa atau
(agar) Al-Quran itu menimbulkan pengajaran
bagi mereka.
Maka, Mahatinggi Allah Raja yang
sebenarbenarnya, dan janganlah kamu
tergesagesa membaca Al-Quran sebelum
disempurnakan mewahyukannya kepadamu, dan
katakanlah: “Ya tuhanku, tambahkanlah
kepadaku ilmu pengetahuan.” 17
Dengan mendekati Al-Quran dalam cara yang benar, kaum
~261~ (pustaka-indo)