Page 270 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 270
http://pustaka-indo.blogspot.com
berbahaya bagi Muhammad; dia dahulunya penyembah setia
dewa-dewa paganisme kuno dan siap untuk membunuh
Nabi. Akan tetapi, tokoh Muslim yang bisa diibaratkan
sebagai Saulus dari Tarsus ini beralih agama bukan karena
melihat Yesus sang Firman, melainkan karena Al-Quran.
Ada dua versi tentang kisah konversi Umar, keduanya
berharga untuk dicatat. Versi pertama mengisahkan Umar
mendapati saudara perempuannya, yang telah masuk Islam
secara diam-diam, tengah menyimak pembacaan sebuah
surah baru. “Omong kosong apa itu?” dia membentak
dengan keras sembari menyerbu masuk ke dalam rumah,
dan mengempaskan Fatimah yang malang ke tanah. Namun,
ketika dia melihat saudara perempuannya berdarah, Umar
mungkin merasa bersalah, raut wajahnya berubah. Dia
memungut naskah yang tak sengaja terjatuh karena takut
dari tangan pembaca Al-Quran yang didatangkan Fatimah ke
rumah itu. Karena Umar termasuk di antara sedikit orang
Quraisy yang bisa bacatulis, dia pun mulai membacanya.
Umar diakui memiliki autoritas dalam soal syair lisan bahasa
Arab dan sering dimintai pendapat oleh para penyair tentang
makna yang tepat dari bahasa itu, namun Umar belum
pernah menjumpai sesuatu yang serupa dengan Al-Quran.
“Betapa agung dan indahnya kalimat ini!” dia berkata dengan
penuh rasa takjub, dan pada saat itu juga dia berpindah
menganut agama Allah. 18
Keindahan kata-kata Al-Quran telah menembus kebencian
dan prasangka Umar ibn Khattab menuju pusat ketundukan
yang belum pernah disadarinya. Kita semua telah memiliki
pengalaman yang mirip, ketika sebuah puisi menyentuh rasa
pengakuan yang berada pada tingkat yang lebih dalam
daripada akal. Dalam versi lain tentang masuk Islamnya
Umar, dikisahkan bahwa pada suatu malam dia bertemu
Muhammad di Ka‘bah, yang tengah melantunkan Al-Quran
~263~ (pustaka-indo)