Page 309 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 309
http://pustaka-indo.blogspot.com
melalui argumen-argumen rasional: bahkan Al-Quran sendiri
memperlihatkan bagaimana Ibrahim menemukan Pencipta
yang abadi melalui perenungan sistematik tentang alam.
Akan tetapi, Al-Baqillani menolak kemungkinan bahwa kita
dapat membedakan antara kebaikan dan kejahatan tanpa
wahyu, karena halhal semacam itu bukanlah kategori-
kategori alamiah melainkan telah diputuskan oleh Tuhan:
Allah tidak bisa dibatasi oleh pandangan kemanusiaan
tentang baik dan buruk.
Al-Baqillani mengembangkan sebuah teori yang dikenal
sebagai “atomisme” atau “okasionalisme” yang berupaya
menemukan alasan metafisikal bagi pengakuan keimanan
seorang Muslim: bahwa tak ada tuhan, tak ada realitas atau
kepastian selain Allah. Dia mengklaim bahwa segala yang
ada di dunia secara mutlak bergantung kepada perhatian
langsung dari Tuhan. Seluruh alam direduksi kepada atom-
atom individual yang tak terbilang jumlahnya; waktu dan
ruang bersifat diskontinu dan tak ada yang memiliki identitas
spesifik bagi dirinya. Alam fenomenal oleh Baqillani direduksi
menjadi ketiadaan dengan cara yang sama radikalnya dengan
yang ditempuh oleh Athanasius. Hanya Tuhan yang memiliki
realitas, dan hanya dia yang dapat membebaskan kita dari
ketiadaan. Dialah yang menjaga keberlangsungan alam
semesta dan menganugerahkan eksistensi kepada makhluk-
Nya di setiap saat. Tak ada hukum alam yang menjelaskan
keberlangsungan kosmos. Walaupun kaum Muslim lainnya
membuat kemajuan besar dalam bidang sains, aliran
Asy‘ariah secara fundamental justru bertentangan dengan
ilmu alam, namun tetap memiliki relevansi keagamaan.
Asy‘ariah merupakan upaya metafisikal untuk menjelaskan
kehadiran Tuhan dalam setiap perincian kehidupan sehari-
hari dan menjadi pengingat bahwa keimanan tidak
bergantung pada logika biasa. Jika digunakan sebagai sebuah
~302~ (pustaka-indo)