Page 315 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 315

http://pustaka-indo.blogspot.com
             dikembangkan  sepanjang  masa  oleh  pikiran-pikiran  yang
             terbaik dan termulia di seluruh budaya. Alih-alih memandang
             Tuhan sebagai misteri, para faylasuf percaya bahwa Tuhan
             adalah akal murni.

             Kepercayaan  terhadap  alam  yang  sepenuhnya  bersifat
             rasional  seperti  ini  tampak  naif  di  zaman  kita  sekarang
             karena  berbagai  penemuan  ilmiah  kemudian  menunjukkan
             ketidaklaikan  bukti  tentang  eksistensi  Tuhan  yang
             diketengahkan  oleh  Aristoteles.  Perspektif  ini  tak  mungkin
             lagi dianut oleh siapa pun yang hidup pada abad kesembilan
             dan  kesepuluh,  namun  pengalaman  falsafah  tetap  relevan
             bagi  persoalan  keagamaan  yang  kita  hadapi  sekarang.
             Revolusi  ilmiah  pada  periode  Dinasti  Abbasiyah  telah
             melibatkan  para  pesertanya  dalam  kesibukan  yang  bukan
             sekadar  berupa  pengumpulan  informasi  baru.  Sebagaimana
             pada  masa  kita  sekarang  ini,  penemuan  ilmiah  menuntut
             penumbuhan  mentalitas  berbeda  yang  mengubah  cara  kita
             memandang dunia. Sains menuntut kepercayaan fundamental
             tentang adanya penjelasan rasional atas segala sesuatu; sains
             juga  membutuhkan  imajinasi  dan  keberanian  yang  tidak
             berbeda  dengan  kreativitas  keagamaan.  Seperti  nabi  atau
             Sufi,  seorang  ilmuwan  juga  mendorong  dirinya  berhadapan
             dengan wilayah realitas non-makhluk yang tak tertembus dan
             tak  terduga.  Tak  pelak  lagi  ini  mempengaruhi  persepsi
             ketuhanan para faylasuf dan membuat mereka merevisi atau
             bahkan  meninggalkan  kepercayaan  lama  yang  dipegang
             orang-orang  sezaman  mereka.  Dalam  cara  yang  sama,  visi
             ilmiah  pada  masa  kita  sekarang  ini  telah  banyak  membuat
             teisme  klasik  menjadi  mustahil  bagi  banyak  orang.
             Berpegang  teguh  pada  teologi  lama  bukan  hanya  tanda
             kepengecutan,  melainkan  juga  dapat  mengakibatkan
             hilangnya  integritas.  Para  faylasuf  berupaya  memadukan
             pandangan-pandangan  baru  mereka  dengan  arus  utama




                            ~308~ (pustaka-indo)
   310   311   312   313   314   315   316   317   318   319   320