Page 319 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 319

http://pustaka-indo.blogspot.com
             Pertama. Dalam dunia yang rasional, Al-Kindi berargumen,
             segala  sesuatu  pasti  mempunyai  sebab.  Oleh  karena  itu,
             mestilah  ada  suatu  Penggerak  yang  Tak  Digerakkan  untuk
             memulai  menggelindingkan  bola.  Prinsip  Pertama  ini adalah
             Wujud  itu  sendiri,  tidak  berubah,  sempurna,  tak  dapat
             dihancurkan.  Namun,  setelah  tiba  pada  kesimpulan  ini,  Al-
             Kindi  berpisah  dari  Aristoteles  dengan  mengetengahkan
             doktrin  Al-Quran  tentang  penciptaan  dari  ketiadaan  (ex
             nihilo).  Aksi  dapat  didefinisikan  sebagai  mengadakan
             sesuatu  dari  ketiadaan.  Aksi  ini,  menurut  Al-Kindi,  bersifat
             prerogratif bagi Tuhan. Dia adalah satu-satunya Wujud yang
             benar-benar  dapat  melakukan  aksi  dalam  pengertian  yang
             seperti ini, dan dia pulalah sebab nyata bagi seluruh aktivitas
             yang kita saksikan di dunia sekeliling kita.

             Falsafah menolak konsep penciptaan dari ketiadaan sehingga
             Al-Kindi  tidak  bisa  disebut  sebagai  seorang  faylasuf.  Akan
             tetapi,  Al-Kindi  adalah  pelopor  dalam  upaya  Islam  untuk
             menyelaraskan  kebenaran  agama  dengan  metafisika
             sistematik.  Murid-muridnya  lebih  radikal  lagi.  Abu  Bakar
             Muhammad Zakaria Al-Razi (w. kl. 930), yang sering disebut
             sebagai seorang non-konformis terbesar dalam sejarah Islam,
             menolak  metafisika  Aristoteles  dan,  seperti  kaum  Gnostik,
             memandang  penciptaan  sebagai  karya  demiurge  (pencipta
             dunia material dalam keyakinan Gnostik): materi tidak dapat
             berasal  dari  Tuhan  yang  sepenuhnya  bersifat  spiritual.  Dia
             juga menolak solusi Aristoteles tentang Penggerak Pertama,
             serta doktrin-doktrin Al-Quran tentang wahyu dan kenabian.
             Menurutnya,   hanya   akal   dan   filsafat   yang   bisa
             menyelamatkan  kita.  Oleh  karena  itu,  Al-Razi  bukanlah
             seorang  monoteis  yang  sebenarnya:  dia  mungkin  seorang
             pemikir bebas pertama yang memandang konsep ketuhanan
             tidak bersesuaian dengan pandangan ilmiah. Al-Razi adalah
             seorang ahli kedokteran brilian yang dermawan, yang pernah




                            ~312~ (pustaka-indo)
   314   315   316   317   318   319   320   321   322   323   324