Page 324 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 324
http://pustaka-indo.blogspot.com
Belas yang menerima autoritas dua belas imam. Kaum
Ismaili berpisah dari Syiah Dua Belas setelah kematian
Ja‘far Al-Shadiq, imam keenam, pada tahun 765. Ja‘far telah
menetapkan putranya, Ismail, sebagai pengganti. Namun,
ketika Ismail wafat dalam usia muda, Syiah Dua Belas
menerima autoritas saudaranya, Musa, sedangkan kaum
Ismaili tetap setia kepada Ismail dan meyakini bahwa garis
keturunan telah berakhir pada dirinya. Kekhalifahan mereka
di Afrika Utara menjadi sangat kuat: pada tahun 973, mereka
memindahkan ibu kota ke Al-Qahirah, yang berkedudukan di
Kairo modern, tempat mereka mendirikan masjid agung Al-
Azhar.
Namun, sikap memuliakan imam-imam bukan merupakan
antusiasme politik semata. Sebagaimana telah kita saksikan,
kaum Syiah yakin bahwa imam mereka menubuhkan
kehadiran Tuhan di bumi dalam cara-cara yang misterius.
Kaum Syiah telah mengembangkan kesalehan esoterik versi
mereka sendiri yang diperoleh dari pembacaan simbolik atas
Al-Quran. Mereka meyakini bahwa Muhammad telah
menanamkan ilmu rahasia kepada sepupu dan menantunya,
Ali ibn Abi Thalib, dan bahwa ilmu inilah yang diwariskan
kepada para imam dalam garis keturunan langsungnya.
Setiap imam itu mempunyai “Cahaya Muhammad” (al-nur
al-Muhammad), spirit kenabian yang telah memampukan
Muhammad berserah diri sepenuhnya kepada Tuhan. Baik
Nabi maupun para imam itu bukanlah Tuhan, namun mereka
telah secara penuh terbuka kepadanya sehingga dapat
dikatakan bahwa Tuhan telah bersama mereka dalam cara
yang lebih sempurna daripada kebersamaannya dengan
manusia biasa. Kaum Kristen Nestorian memegang
pandangan yang mirip tentang Yesus. Seperti halnya kaum
Nestorian, orang Syiah memandang imam mereka sebagai
“kuil” atau “perbendaharaan” Tuhan, penuh dengan cahaya
~317~ (pustaka-indo)