Page 323 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 323
http://pustaka-indo.blogspot.com
yang tidak memiliki kapasitas, pengetahuan, atau mental
untuk memakai pendekatan simbolik, imajinatif, atau
rasionalistik terhadap kebenaran tertinggi. Dalam sekte-sekte
esoterik ini, para pemula secara hati-hati dipersiapkan untuk
menerima ajaran-ajaran sulit ini melalui latihan khusus pikiran
dan hati. Telah kita saksikan bahwa orang Kristen Yunani
juga pernah mengembangkan pemahaman yang sama,
melalui pembedaan antara dogma dan kerygma. Barat tidak
mengembangkan tradisi esoterik, tetapi menganut interpretasi
kerygmatik tentang agama, yang dipandang sama bagi
setiap orang. Alih-alih membiarkan orang yang dianggap
menyimpang, Kristen Barat justru menyiksa mereka dan
berusaha menyapu bersih kelompok yang berbeda
pandangan. Di Dunia Islam, pemikir-pemikir esoterik
biasanya dibiarkan hidup bebas.
Doktrin Al-Farabi tentang emanasi akhirnya diterima secara
umum oleh para faylasuf. Para mistikus, seperti yang akan
kita saksikan, juga lebih menyukai ajaran tentang emanasi
daripada doktrin penciptaan ex nihilo. Kaum Sufi Muslim
dan Kabbalis Yahudi tak pernah memandang falsafah dan
akal bertentangan dengan agama, mereka justru sering
menemukan bahwa pandangan para faylasuf merupakan
inspirasi bagi bentuk keagamaan mereka yang lebih
imajinatif. Hal ini secara khusus terbukti di dunia Syiah.
Meski tetap merupakan bentuk Islam yang minoritas, abad
kesepuluh dikenal sebagai abad kaum Syiah karena mereka
berhasil menempatkan diri dalam posisi pemimpin pada
pospos politik tertentu di seluruh imperium. Keberhasilan
terbesar yang diraih Syiah adalah pendirian sebuah
kekhalifahan di Tunis pada tahun 909 sebagai oposisi
kekhalifahan Sunni di Bagdad. Ini merupakan prestasi sekte
Ismailiyah, yang juga dikenal sebagai Syiah Fatimiyah atau
Syiah Tujuh untuk membedakan diri mereka dari Syiah Dua
~316~ (pustaka-indo)