Page 316 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 316
http://pustaka-indo.blogspot.com
keyakinan Islam dan menghasilkan beberapa gagasan
revolusioner tentang Tuhan yang diilhami oleh Yunani.
Sungguhpun demikian, kegagalan besar konsepsi ketuhanan
mereka yang rasional mengandung pelajaran penting bagi
kita mengenai hakikat kebenaran agama.
Para faylasuf mengupayakan penggabungan yang lebih
menyeluruh antara filsafat Yunani dan agama, melebihi kaum
monoteis mana pun sebelumnya. Kaum Mu‘tazilah dan
Asy‘ariah juga telah berusaha membangun jembatan yang
menghubungkan wahyu dengan akal, tetapi mereka lebih
mendahulukan konsepsi ketuhanan menurut wahyu. Kalam
didasarkan pada pandangan tradisional monoteistik tentang
sejarah sebagai sebuah teofani. Kalam menyatakannya
bahwa kejadian-kejadian konkret dan partikular adalah
krusial karena merupakan satu-satunya kepastian yang kita
miliki. Asy‘ariah memang menyangsikan adanya hukum-
hukum universal dan prinsip-prinsip abadi. Meskipun memiliki
nilai imajinatif dan religius, atomisme ini jelas asing bagi
semangat ilmiah dan tidak dapat memuaskan para faylasuf.
Falsafah mereka mengabaikan sejarah yang konkret dan
partikular, namun menanamkan ketakziman terhadap hukum-
hukum universal yang ditolak kaum Asy‘ariah. Tuhan
mereka ditemukan melalui argumen-argumen logis, bukan
dalam wahyu partikular yang diturunkan kepada individu-
individu tertentu di berbagai zaman. Pencarian terhadap
kebenaran objektif dan universal ini menjadi karakteristik
kajian mereka dan mengondisikan cara mereka mengalami
realitas tertinggi. Tuhan yang tak pernah sama bagi setiap
orang, yang memberi atau menerima corak budaya tertentu,
bukan merupakan pemecahan yang memuaskan bagi
pertanyaan fundamental dalam agama: “Apakah tujuan akhir
kehidupan?” Anda tidak bisa mendapatkan pemecahan
ilmiah yang memiliki aplikasi universal di laboratorium dan
~309~ (pustaka-indo)