Page 32 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 32
http://pustaka-indo.blogspot.com
dewa lain yang lebih tua. Dia dahulunya merupakan salah
satu dewa terkuat, jelas lebih kuat daripada Dewa Langit,
yang terus menjadi sosok yang remang-remang. Dia disebut
Inana di Sumeria kuno, Isytar di Babilonia, Anat di Kanaan,
Isis di Mesir, dan Aphrodite di Yunani. Kisah yang benar-
benar mirip terdapat di semua kebudayaan ini untuk
mengekspresikan peranannya di dalam kehidupan spiritual
manusia. Mitos-mitos ini tidak dimaksudkan untuk dipahami
secara harfiah, tetapi merupakan upaya metaforis untuk
menggambarkan sebuah realitas yang terlalu rumit dan pelik
untuk bisa diekspresikan dengan cara lain. Kisah-kisah
dramatis dan membangkitkan emosi tentang dewa-dewi ini
membantu manusia untuk menyuarakan perasaan mereka
tentang kekuatan dahsyat, namun tak terlihat yang
mengelilingi mereka.
Di dunia kuno memang tampaknya manusia percaya bahwa
hanya melalui keterlibatan dalam kehidupan yang suci ini
mereka bisa menjadi manusia yang sesungguhnya.
Kehidupan duniawi amat rentan dan dihantui bayang-bayang
kematian, tetapi jika manusia meneladani tindakan dewa-
dewa, maka mereka akan memiliki dalam kadar tertentu
kekuatan dan keefektifan dewa-dewa itu. Dengan demikian,
bisa dikatakan bahwa dewa-dewa itu telah memperlihatkan
kepada manusia bagaimana cara membangun kota-kota dan
kuil-kuil mereka, yang merupakan salinan dari tempat
mereka bersemayam di langit. Dunia suci para dewa—
seperti yang sering diceritakan di dalam mitos—bukanlah
sekadar sebuah ideal yang ke arah itu manusia harus menuju,
melainkan merupakan prototipe eksistensi manusia; itulah
pola atau arketipe orisinal yang menjadi model kehidupan kita
di sini. Dengan demikian, segala sesuatu yang ada di bumi
dipandang sebagai replika dari semua yang ada di dunia
ilahiah. Inilah persepsi yang membentuk mitologi, organisasi
~25~ (pustaka-indo)