Page 33 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 33
http://pustaka-indo.blogspot.com
ritual dan sosial kebanyakan kebudayaan antik dan terus
mempengaruhi lebih banyak masyarakat tradisional pada era
1
kita sekarang ini. Di Iran kuno, misalnya, setiap orang atau
objek di dunia jasadi (getik) diyakini mempunyai padanannya
di dunia arketipal realitas suci (menok). Ini adalah perspektif
yang sulit untuk kita apresiasi di dunia modern, karena kita
memandang autonomi dan kebebasan sebagai nilai
kemanusiaan yang tinggi. Namun demikian, ungkapan
terkenal post coitum omne animal tristis est tetap
mengungkapkan pengalaman yang sama: setelah suatu
momen yang menegangkan dan dinanti-nanti dengan penuh
harap, kita sering merasa kehilangan sesuatu yang lebih
besar, namun senantiasa luput dari jangkauan kita. Meniru
tuhan masih menjadi ajaran agama yang penting: beristirahat
pada hari Sabbath atau mencuci kaki pada hari Kamis
Maundy—perbuatan-perbuatan yang tidak bermakna dalam
dirinya sendiri—kini menjadi signifikan dan sakral karena
orang-orang percaya bahwa perbuatan semacam itu pernah
dikerjakan oleh Tuhan.
Spiritualitas yang serupa telah menjadi ciri dunia
Mesopotamia kuno. Lembah Tigrisefrat, yang berada di
wilayah pemerintahan Irak kini, telah dihuni sejak 4000 SM
oleh kelompok manusia yang dikenal sebagai orang Sumeria.
Mereka telah membangun salah satu kebudayaan oikumene
(dunia berperadaban) terbesar pertama. Di kota-kota Ur,
Erech, dan Kish, orang Sumeria mencipta aksara cuneiform
mereka, membangun menara-kuil hebat yang disebut
ziggurat, dan mengembangkan hukum, sastra, dan mitologi
yang mengesankan. Tak lama berselang, kawasan itu diinvasi
oleh orang Akkadian Semitik, yang kemudian mengadopsi
bahasa dan peradaban Sumeria. Lalu, masih sekitar 2000
SM, orang Amorit menaklukkan peradaban Sumeria-
Akkadian dan menjadikan Babilonia ibu kota mereka.
~26~ (pustaka-indo)

