Page 38 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 38
http://pustaka-indo.blogspot.com
menghormati Marduk, “kuil bumi, simbol ketakterbatasan
langit”. Tatkala kuil itu telah selesai, Marduk menempati
singgasananya di puncak kuil dan dewa-dewa menggemakan
suara: “Inilah Babilonia, kota kesayangan para dewa, tanah
airmu yang tercinta!” Kemudian, mereka melakukan liturgi
“dari sumber di mana semesta memperoleh strukturnya,
dunia gaib menjadi nyata dan dewa-dewa mengambil tempat
3
mereka di dalam semesta”. Hukum dan ritual ini mengikat
setiap orang; bahkan para dewa mesti menaatinya demi
menjamin keberlangsungan ciptaan.
Mitos mengekspresikan makna batin peradaban,
sebagaimana orang Babilonia melihatnya. Mereka
mengetahui betul bahwa nenek moyang mereka sendiri yang
membangun ziggurat, tetapi kisah Enuma Elish
menyuarakan kepercayaan mereka bahwa usaha kreatif
mereka hanya mungkin bertahan jika memiliki keterkaitan
dengan kekuatan ilahi. Liturgi yang mereka rayakan di Tahun
Baru telah diciptakan sebelum manusia ada: liturgi itu
tersurat dalam hakikat segala sesuatu, yang bahkan dewa-
dewa tunduk kepadanya. Mitos itu juga mengekspresikan
keyakinan mereka bahwa Babilonia adalah tempat suci,
pusat dunia, dan tanah air dewata—sebuah pernyataan yang
penting dalam hampir semua sistem keagamaan kuno. Ide
tentang kota suci, tempat manusia merasakan kedekatan
dengan kekuatan sakral, sumber segala wujud dan kesaktian,
menjadi penting dalam ketiga agama monoteistik.
Akhirnya, hampir seperti sebuah kebetulan saja, Marduk
menciptakan manusia. Marduk mengalahkan Kingu (teman
dungu Tiamat yang diciptakannya setelah kekalahan Apsu),
menebasnya, dan membentuk manusia pertama dengan cara
mencampur darah dewa dengan abu. Para dewa
menyaksikan dengan perasaan kaget dan takjub. Ada yang
~31~ (pustaka-indo)