Page 41 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 41
http://pustaka-indo.blogspot.com
agama kuno, kreativitas dipandang suci: kita masih
menggunakan bahasa agama untuk berbicara tentang
“inspirasi” kreatif yang memperbarui realitas dan
menyegarkan pemaknaan tentang dunia.
Akan tetapi, Baal kemudian mengalami kemunduran: dia mati
dan harus turun ke alam Mot, dewa kematian dan sterilitas.
Tatkala mendengar tentang nasib anaknya, Dewa Tertinggi
El turun dari singgasananya, membalut Baal dan merajah
pipinya, namun tetap tidak bisa menebus putranya. Adalah
Anat, kekasih dan saudara perempuan Baal, yang
meninggalkan alam suci dan pergi mencari belahan jiwanya,
“merindukannya bagaikan induk sapi atau induk domba
5
mencari anaknya”. Ketika dia menemukan mayat Baal, dia
menyelenggarakan upacara pemakaman untuk
mengagungkannya, menangkap Mot, menebasnya dengan
pedang, membelah, membakar, dan menginjak-injaknya
seperti jagung sebelum kemudian menyemaikannya ke tanah.
Kisah yang mirip juga diceritakan tentang dewi agung lainnya
—Inana, Isytar, dan Isis—yang mencari mayat dewa dan
membawa kehidupan baru ke atas bumi. Akan tetapi,
kemenangan Anat harus diperbarui dari tahun ke tahun
melalui upacara ritual. Belakangan—kita tak tahu entah
dengan cara bagaimana, sebab pengetahuan kita tidak
lengkap— Baal hidup lagi dan kembali ke pangkuan Anat.
Pemujaan akan keutuhan dan harmoni, yang disimbolisasikan
oleh kesatuan seks, dirayakan melalui seks ritual di kalangan
masyarakat Kanaan kuno. Dengan meniru para dewa
melalui cara ini, umat manusia ikut berjuang melawan
sterilitas dan memastikan kreativitas serta kesuburan dunia.
Kematian seorang dewa, pencarian sang dewi, dan
keberhasilan untuk kembali ke alam suci merupakan tema-
tema keagamaan yang konstan dalam banyak budaya dan
~34~ (pustaka-indo)