Page 40 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 40
http://pustaka-indo.blogspot.com
masing-masing berpacu mencapai prestasi pribadi terbaiknya,
Pindar menempatkan mereka berhadap-hadapan dengan
dewa-dewa, yang menjadi pola bagi semua cita-cita manusia.
Manusia meniru dewa-dewa bukan sebagai wujud yang tak
berdaya, melainkan untuk memenuhi potensi mereka yang
secara esensial berwatak ilahiah.
Mitos Marduk dan Tiamat tampaknya telah mempengaruhi
orang Kanaan, yang memiliki kisah yang amat mirip tentang
Baalhabad, dewa badai dan kesuburan, yang sering disebut
dalam Alkitab dengan cara yang jauh dari memuji. Kisah
pertarungan Baal dengan Yam-Nahar, dewa laut dan sungai,
diceritakan dalam lembaran yang ditulis sekitar abad
keempat belas SM. Baal dan Yam keduanya tinggal bersama
El, Dewa Tertinggi Kanaan. Pada Majelis El, Yam menuntut
agar Baal diserahkan kepadanya. Dengan menggunakan dua
senjata magis, Baal malah mengalahkan Yam dan nyaris
membunuhnya andaikata Asyera (istri El dan ibu para dewa)
tidak memohon dengan mengatakan bahwa membunuh
lawan yang sudah tidak berdaya adalah tidak terhormat. Baal
merasa malu dan melepaskan Yam, yang mewakili
keganasan laut dan sungai yang tak henti-hentinya
mengancam akan membanjiri bumi. Sedangkan Baal, dewa
badai, membuat bumi menjadi subur.
Versi lain dari mitos itu menyebutkan bahwa Baal membunuh
Lotan, naga berkepala-tujuh, yang dalam bahasa Ibrani
disebut Leviathan. Dalam hampir semua kebudayaan, naga
menyimbolkan sesuatu yang laten, tak berbentuk, dan tak
kentara. Dengan demikian, Baal telah menghentikan
kemungkinan untuk kembali ke dalam ketiadaan bentuk
primal lewat tindakan yang betul-betul kreatif dan
dianugerahi sebuah istana indah yang didirikan oleh para
dewa untuk menghormatinya. Oleh karena itu, dalam setiap
~33~ (pustaka-indo)