Page 351 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 351
http://pustaka-indo.blogspot.com
berbeda, tetapi Ibn Rusyd berhasil menyatukan Aristoteles
dengan ajaran Islam yang lebih tradisional. Dia yakin bahwa
tidak ada pertentangan apa pun antara agama dan
rasionalisme. Keduanya mengekspresikan kebenaran yang
sama melalui cara yang berbeda; keduanya juga mengarah
kepada Tuhan yang sama. Namun, tidak semua orang
mampu memahami pemikiran filosofis sehingga falsafah
hanya untuk kalangan elit intelektual. Falsafah akan
membingungkan orang awam dan menjerumuskan mereka
ke dalam kesesatan yang membahayakan keselamatan abadi
mereka. Di sinilah letak pentingnya tradisi esoterik, yang
menjaga doktrin-doktrin berbahaya ini dari mereka yang tidak
layak menerimanya. Sebagaimana halnya dengan Sufisme
dan telaah batini Syiah Ismailiyah; jika orang yang tidak
pantas mengupayakan latihan-latihan mental semacam ini,
mereka bisa jatuh sakit dan mengalami berbagai bentuk
gangguan psikologis. Kalam juga sama bahayanya. Kalam
hampir serupa dengan falsafah sejati dan memberi kesan
menyesatkan bahwa seseorang terlibat dalam diskusi rasional
yang wajar padahal sebenarnya tidak demikian. Akibatnya,
kalam hanya menimbulkan perdebatan-perdebatan doktrinal
yang tidak berfaedah, yang hanya akan melemahkan iman
orang awam dan menggelisahkan mereka.
Ibn Rusyd berkeyakinan bahwa penerimaan kebenaran-
kebenaran tertentu merupakan hal yang esensial bagi
keselamatan di akhirat. Ini adalah pandangan baru dalam
Dunia Islam. Para faylasuf merupakan autoritas utama
dalam doktrin: hanya merekalah yang mampu menafsirkan
kitab suci dan merupakan orang-orang yang digambarkan
oleh Al-Quran sebagai golongan yang “mengakar kuat pada
17
ilmu”. Semua orang lain wajib membaca Al-Quran secara
harfiah, tetapi kaum faylasuf mampu mengupayakan
penafsiran simbolis. Namun demikian, para faylasuf pun
~344~ (pustaka-indo)