Page 362 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 362
http://pustaka-indo.blogspot.com
dipahami bukan sebagai sesuatu yang ada sebab
ia melampaui segala sesuatu. Akan tetapi,
jika disebabkan oleh sesuatu yang tak
terucapkan itu ia jatuh ke dalam keberadaan,
ia hanya ada di dalam tatapan pikiran, hanya
ia yang ada di dalam segala sesuatu, dan ia
ada kini, dahulu, dan nanti. 25
Oleh karena itu, tatkala kita memikirkan realitas ilahi di
dalam dirinya sendiri, “tidaklah masuk akal untuk
menyebutnya ‘Tiada’,” namun ketika Ketiadaan suci ini
memutuskan untuk “keluar dari Tiada menuju Ada”, setiap
ciptaannya “bisa disebut sebagai teofani, yakni penampakan
26
Tuhan”. Kita tidak bisa melihat Tuhan sebagaimana dia
dalam dirinya sendiri sebab Tuhan yang dimaksudkan dan
dituju dalam hal ini tidak ada. Tuhan yang dapat kita lihat
hanyalah Tuhan yang menghidupkan alam ciptaan dan
mengungkapkan dirinya di dalam bunga, burung-burung,
pepohonan, dan manusia-manusia lainnya. Namun, terdapat
persoalan dalam pendekatan ini. Bagaimana dengan
kejahatan? Apakah, seperti yang diyakini orang hindu,
kejahatan juga merupakan salah satu manifestasi Tuhan di
dunia? Erigena tidak berusaha membahas masalah kejahatan
secara mendalam, tetapi para Kabbalis Yahudi belakangan
berupaya menempatkan kejahatan di dalam esensi Tuhan:
mereka juga mengembangkan sebuah teologi yang
menggambarkan Tuhan muncul dari Ketiadaan menjadi Ada
melalui cara yang sangat mirip dengan uraian Erigena,
meskipun hampir mustahil ada seorang Kabbalis yang pernah
membaca karyanya.
Erigena telah memperlihatkan betapa orang latin bisa belajar
banyak dari orang Yunani, tetapi pada tahun 1054 gereja
Timur dan Barat saling memutuskan hubungan karena
perpecahan yang ternyata bertahan untuk waktu yang lama
~355~ (pustaka-indo)