Page 368 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 368
http://pustaka-indo.blogspot.com
mengusulkan cara Via Negativa, tetapi cenderung berpikir
tentang kemungkinan untuk tiba pada gagasan yang layak
tentang Tuhan melalui akal alamiah, persis seperti yang
dipersoalkan orang Yunani terhadap teologi Barat. Setelah
puas dengan dalil yang diajukannya tentang eksistensi Tuhan,
Anselm kemudian berusaha membuktikan doktrin Inkarnasi
dan Trinitas, yang selalu dikedepankan oleh orang Yunani
meski bertentangan dengan akal dan konseptualisasi. Dalam
risalahnya, Why God Became Man yang telah disinggung
pada Bab 4, Anselm lebih banyak bersandar pada logika dan
pemikiran rasional daripada wahyu—kutipan dari Alkitab dan
ujaran para Bapa tampak insidental saja dalam pemaparan
argumennya, yang, seperti telah kita saksikan, secara
esensial menisbahkan motivasi manusia kepada Tuhan.
Anselm bukanlah satu-satunya orang Kristen Barat yang
mencoba menguraikan misteri Tuhan dalam terma rasional.
Tokoh sezaman dengannya, Peter Abelard (1079-1147),
filosof karismatik dari Paris, juga telah mengembangkan
penafsiran tentang Trinitas yang menekankan keesaan ilahi
dengan agak mengurbankan perbedaan antara Tiga Oknum
itu. Dia juga mengembangkan penjelasan yang canggih dan
dinamis tentang misteri penebusan dosa: Kristus telah disalib
demi menggugah rasa kasih sayang kita dan dengan
melakukan itu dia menjadi Juru Selamat kita.
Abelard pada dasarnya seorang filosof dengan corak teologi
yang agak konvensional. Dia menjadi pelopor kebangkitan
intelektual di Eropa selama abad kedua belas dan mempunyai
banyak pengikut. Ini membuatnya berkonflik dengan
Bernard, pemimpin Biara Cistercian Clairvaux di Burgundi,
yang dapat dikatakan merupakan tokoh paling berpengaruh di
Eropa. Paus Eugene II dan Raja Louis VII dari Prancis ada
di dalam saku Bernard. Kemahirannya beretorika telah
mengilhami revolusi monastik di Eropa: sekelompok besar
~361~ (pustaka-indo)