Page 370 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 370
http://pustaka-indo.blogspot.com
Bernard menyerangnya dengan kefasihan luar biasa yang
membuat Abelard jatuh pingsan dan meninggal dunia tahun
berikutnya.
Ini adalah saatsaat simbolik yang menandai perpecahan
antara akal dan hati. Dalam Trinitarianisme Agustinus, hati
dan akal tidak terpisahkan. Para faylasuf Muslim, seperti Ibn
Sina dan Al-Ghazali telah tiba pada kesimpulan bahwa akal
semata tidak akan mampu menemukan Tuhan, tetapi mereka
akhirnya menggagas sebuah filsafat yang diilhami oleh cinta
dan mistisisme. Kita akan menyaksikan bahwa selama abad
kedua belas dan ketiga belas, para pemikir besar Dunia Islam
berupaya untuk menggabungkan akal dan hati serta
memandang filsafat sebagai tak terpisahkan dari spiritualitas
cinta dan imajinasi yang diketengahkan oleh kaum Sufi. Akan
tetapi, Bernard kelihatannya menaruh kecurigaan terhadap
akal dan bermaksud untuk terus memisahkannya dari bagian
pikiran yang lebih emosional dan intuitif. Ini berbahaya,
karena bisa membawa pada pemilahan tak sehat yang sama
parahnya dengan rasionalisme yang kering. Perang Salib
yang dikumandangkan Bernard merupakan bencana,
sebagian karena penyandarannya pada idealisme yang tak
didukung akal sehat dan secara nyata bertentangan dengan
34
etos kasih Kristen. Perlakuan Bernard terhadap Abelard
pun jelas-jelas hampa dari sikap kasih sayang, tetapi dia
mendorong Pasukan Salib untuk membuktikan kecintaan
mereka kepada Kristus dengan cara membunuhi kaum kafir
dan mengusir mereka dari Tanah Suci. Bernard boleh saja
takut pada rasionalisme yang berupaya menjelaskan misteri
Tuhan dan mengancam menghapuskan rasa takjub dan
takzim dari agama, tetapi subjektivitas yang gagal menguji
prasangkanya sendiri dapat membawa pada sikap berlebihan
yang berakibat lebih jelek lagi terhadap agama. Yang
dibutuhkan justru subjektivitas yang berdasar dan cerdas,
~363~ (pustaka-indo)