Page 372 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 372
http://pustaka-indo.blogspot.com
bahwa Tuhan mengungguli semua hal yang dapat dipahami
35
mengenainya.” Ada sebuah kisah yang menceritakan
bahwa ketika selesai mendiktekan kalimat terakhir dari
Summa, Aquinas dengan sedih menelungkupkan kepala di
atas lengannya. Ketika juru tulis bertanya apa yang terjadi,
Aquinas menjawab bahwa segala yang telah ditulisnya
tampak tak berharga dibandingkan dengan apa yang telah
dilihatnya.
Upaya Aquinas untuk meletakkan pengalaman religiusnya
dalam konteks filsafat baru adalah penting untuk
mendialogkan keimanan dengan realitas lain dan tidak
memisahkannya ke sebuah kawasan tersendiri.
Intelektualisme yang berlebihan akan merusak iman, tetapi
agar Tuhan tidak dijadikan alat untuk mendukung egoisme
kita sendiri, pengalaman keagamaan harus disertai penilaian
akurat tentang kandungannya. Aquinas mendefinisikan
Tuhan dengan cara merujuk pada definisi yang Tuhan
berikan sendiri kepada Musa: “Aku adalah Aku.” Aristoteles
pernah mengatakan bahwa Tuhan adalah Wujud Wajib;
Aquinas kemudian mengaitkan Tuhan para filosof dengan
Tuhan Alkitab dengan menyebut Tuhan, “Dia Yang Ada”
(Qui est). Ditegaskannya secara mutlak bahwa Tuhan bukan
sekadar wujud lain seperti diri kita sendiri. Definisi Tuhan
sebagai Wujud Itu Sendiri sudah memadai “karena tidak
merujuk pada bentuk tertentu, kecuali wujud itu sendiri (esse
36
seipsum)”. Adalah keliru untuk menyalahkan Aquinas atas
pandangan rasionalistis tentang Tuhan yang kemudian
berkembang di Barat.
Namun sayangnya, Aquinas menimbulkan kesan bahwa
Tuhan bisa didiskusikan dengan cara yang sama seperti kita
mendiskusikan ide-ide filsafat atau fenomena alam. Dia
mengawali diskusi tentang Tuhan dengan pembuktian
~365~ (pustaka-indo)