Page 377 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 377
http://pustaka-indo.blogspot.com
7
Tuhan Kaum Mistik
Gagasan tentang Tuhan yang bersifat personal telah
berkembang di dalam Yudaisme, Kristen, dan—dengan kadar
yang lebih sedikit—di dalam Islam. Ini membuat kita
cenderung mengira bahwa gagasan ini merupakan bentuk
terbaik agama. Tuhan yang personal telah membantu kaum
monoteis memuliakan hak individu yang sakral dan tidak bisa
diabaikan serta menumbuhkan apresiasi terhadap diri
manusia. Tradisi Yudeo-Kristen, dengan demikian telah
membantu Barat untuk tiba pada humanisme liberal yang
sangat dijunjungnya. Nilai-nilai ini pada awalnya diagungkan
dalam Tuhan personal yang bertindak seperti seorang
manusia: dia mencintai, mengadili, menghukum, melihat,
mendengar, mencipta, dan menghancurkan sebagaimana
halnya kita. Yahweh berawal sebagai ilah yang sangat
dipersonalisasikan dengan kecenderungan untuk membenci
atau mencinta seperti manusia. Kemudian dia menjadi simbol
transendensi, yang pikiran-pikirannya bukan merupakan
pikiran-pikiran kita dan jalannya melampaui jalan kita seperti
tingginya menara yang menjulang di atas permukaan tanah.
Tuhan yang personal mencerminkan sebuah pandangan
keagamaan yang penting: bahwa nilai-nilai yang tinggi itu
juga dapat diraih oleh manusia. Dengan demikian,
personalisme merupakan tahapan penting dan—bagi
kebanyakan orang—tak tergantikan dalam perkembangan
agama dan moral. Nabi-nabi Israel menisbahkan emosi dan
~370~ (pustaka-indo)