Page 382 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 382
http://pustaka-indo.blogspot.com
seorang yang tekun menjalaninya untuk kembali kepada
Yang Esa, asal mula primordial, dan menumbuhkan rasa
kehadiran terus-menerus. Akan tetapi, mistisisme awal
Yahudi yang berkembang selama abad kedua dan ketiga,
yang sangat sulit dipahami oleh orang-orang Yahudi sendiri,
tampaknya justru menekankan keterpisahan antara Tuhan
dan manusia. Orang Yahudi ingin menjauh dari dunia yang di
dalamnya mereka dikucilkan dan disingkirkan ini, untuk
menuju ke dunia ilahi yang lebih kukuh. Mereka
membayangkan Tuhan sebagai raja perkasa yang hanya bisa
didekati melalui perjalanan penuh bahaya menembus tujuh
lapis langit. Alih-alih mengungkapkan diri dalam gaya
langsung dan sederhana seperti para rabi, kaum mistik
menggunakan bahasa yang tinggi. Para rabi membenci
spiritualitas ini, dan kaum mistik berusaha untuk tidak
menentang mereka. Sungguhpun demikian, “Mistisisme
Mahkota” ini, demikian sebutannya, tentunya telah memenuhi
suatu kebutuhan penting di masa itu, terbukti dari
perkembangannya yang pesat seiring pertumbuhan
perguruan-perguruan besar para rabi hingga ia akhirnya
bergabung ke dalam Kabbalah, mistisisme Yahudi baru, pada
abad kedua belas dan ketiga belas. Naskah-naskah klasik
Mistisisme Mahkota yang disusun di Babilonia pada abad
kelima dan keenam, menyiratkan bahwa kaum mistik, yang
menutup mulut tentang pengalaman mereka, merasakan
keterikatan kuat dengan tradisi rabinik, karena mereka
menjadikan para tannaim besar semacam Rabi Akiva, Rabi
Ishmael, dan Rabi Yohannan sebagai teladan dalam
spiritualitas ini. Mereka menampakkan ekstremitas baru
dalam semangat Yahudi, karena mereka meretas jalan baru
menuju Tuhan atas nama masyarakat Yahudi.
Para rabi juga memiliki beberapa pengalaman keagamaan
yang hebat, seperti yang pernah kita bahas sebelumnya.
~375~ (pustaka-indo)