Page 384 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 384
http://pustaka-indo.blogspot.com
di sana. Itulah sebabnya mengapa semua agama
mengajarkan bahwa perjalanan mistik hanya bisa dilakukan
di bawah bimbingan seorang ahli, yang bisa memantau
pengalaman, membimbing seorang murid baru melewati
tempat-tempat berbahaya dan memastikan bahwa dia tidak
melampaui batas kemampuannya, seperti Ben Azzai, yang
mati, dan Ben Azoma, yang menjadi lumpuh. Semua mistikus
menekankan kebutuhan akan kecerdasan dan stabilitas
mental. Para guru Zen menyatakan bahwa tak ada
faedahnya seorang neurotik mencari kesembuhan di dalam
meditasi, karena hal itu justru akan membuatnya bertambah
parah. Perilaku aneh dan ganjil sebagian pendeta Katolik
Eropa yang dihormati sebagai mistikus tentu dianggap
sebagai penyimpangan. Kisah yang tidak jelas asal usulnya
tentang para ahli Talmud ini menunjukkan bahwa orang
Yahudi sedari awal telah menyadari adanya bahaya-bahaya
semacam itu: belakangan, mereka tak mengizinkan anak
muda untuk mengikuti disiplin Kabbalah, kecuali jika mereka
telah betul-betul cukup matang. Seorang mistik juga harus
menikah untuk menjamin bahwa dia memiliki kesehatan
seksual yang baik.
Kaum mistik mesti mengembara menuju Singgasana Tuhan
melalui alam mitologis tujuh langit. Namun, ini hanyalah
pengembaraan imajiner yang tak pernah dipahami secara
harfiah, tetapi selalu dipandang sebagai pendakian simbolik
melalui kawasan-kawasan misterius pikiran. Peringatan aneh
Rabi Akiva mengenai “batu pualam murni” mungkin merujuk
pada kata sandi yang harus diucapkan seorang mistikus pada
berbagai titik penting dalam perjalanan imajinernya. Imajinasi
ini divisualisasikan sebagai bagian dari disiplin yang ketat.
Pada masa sekarang, kita tahu bahwa ketidaksadaran
merupakan kumpulan imajinasi yang mencuat di dalam
mimpi, halusinasi, dan dalam kondisi psikis atau neurologis
~377~ (pustaka-indo)