Page 383 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 383

http://pustaka-indo.blogspot.com
             Pada  suatu  kesempatan  ketika  Roh  Kudus  turun  kepada
             Rabi Yohannan dan murid-muridnya dalam bentuk api yang
             memancar     dari   langit,   mereka   rupanya   sedang
             mendiskusikan  makna  penampakan  aneh  yang  dialami
             Yehezkiel ketika melihat kencana Tuhan. Kencana dan sosok
             misterius  yang  terlihat  oleh  Yehezkiel  tengah  duduk  di  atas
             singgasananya itu tampaknya telah menjadi bahan spekulasi
             esoterik  sejak  lama.  Studi  tentang  kencana  (Ma’aseh
             Merkavah) sering dikaitkan dengan spekulasi tentang makna
             kisah  penciptaan  (Ma’aseh  Bereshit).  Catatan  paling  awal
             yang  kita  miliki  tentang  pendakian  mistik  ke  singgasana
             Tuhan  di  langit  tertinggi  menekankan  tentang  saratnya
             bahaya dalam perjalanan spiritual ini:


                   Rabi-rabi  kami  menceritakan:  Empat  orang
                   masuk  ke  dalam  taman  dan  mereka  adalah:  Ben
                   Azzai,  Ben  Zoma,  Aher,  dan  Rabi  Akiva.  Rabi
                   Akiva  berkata  kepada  mereka:  “Ketika  engkau
                   tiba  di  batu  pualam  murni,  jangan  katakan
                   ‘Air!  Air!’  karena  difirmankan:  ‘Orang  yang
                   berbicara  dusta  tidak  akan  tegak  di  depan
                   mataku.’”  Ben  Azzai  menatap  lalu  mati.
                   Tentang    dirinya,   Kitab    Suci   bertutur:
                   “Berharga di mata Tuhan kematian semua orang
                   yang  dikasihinya.”  Ben  Zoma  menatap  lalu
                   lumpuh.  Tentang  dirinya,  Kitab  Suci  berkata:
                   “Kalau    engkau   mendapat    madu,   makanlah
                   secukupnya,  jangan  sampai  engkau  terlalu
                   kenyang  dengan  itu,  lalu  memuntahkannya.”
                   Aher  memotong  cabang-cabang  [karena  itu,  dia
                   menjadi  pembid‘ah].  Rabi  Akiva  berangkat
                                2
                   dalam damai.
             Hanya Rabi Akiva yang cukup matang untuk dapat berhasil
             menempuh  jalan  mistik  dengan  selamat.  Perjalanan  ke
             kedalaman  pikiran  melibatkan  risiko  pribadi  karena  kita
             mungkin tidak akan mampu memikul apa yang kita temukan




                            ~376~ (pustaka-indo)
   378   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388