Page 390 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 390
http://pustaka-indo.blogspot.com
meneguhkan misi kenabian Muhammad sendiri. Setelah itu,
Jibril dan Muhammad mulai melakukan pendakian (mi‘raj)
melewati tujuh lapis langit yang masing-masingnya dihuni
oleh seorang nabi. Akhirnya, Muhammad berhasil mencapai
wilayah ilahi. Sumber-sumber awal secara khidmat tidak
menyebutkan apa-apa tentang penglihatan terakhir itu, yang
diyakini dirujuk oleh ayatayat Al-Quran berikut:
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat
Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada
waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.
Di dekatnya ada surga tempat tinggal.
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil
Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak
berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah
melihat sebagian tanda-tanda (kekuasaan)
7
Tuhannya yang paling besar.
Muhammad tidak melihat Tuhan secara langsung, tetapi
hanya simbol-simbol yang mengarah kepada realitas ilahi: di
dalam Hinduisme “sidratil muntaha” adalah “pohon bayan”
yang menandai batas pemikiran rasional. Penampakan Tuhan
tak mungkin diungkapkan dalam pengalaman yang normal
bagi pikiran atau bahasa. Pendakian ke langit adalah simbol
jangkauan terjauh ruh manusia, yang menandai gerbang
makna tertinggi.
Tamsil pendakian merupakan hal yang lazim. Agustinus juga
pernah mengalami pendakian menuju Tuhan bersama ibunya
di Ostia, yang dituturkannya dalam bahasa Plotinus:
Pikiran kami diangkat oleh cinta yang besar
kepada wujud abadi itu sendiri. Selangkah
demi selangkah kami naik melampaui semua
objek material dan bahkan langit itu sendiri,
~383~ (pustaka-indo)