Page 394 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 394
http://pustaka-indo.blogspot.com
bagi Gregory. Dia merasakan bahwa Tuhan sangat sulit
untuk dijangkau. Sudah pasti tak ada jalan untuk
membincangkan tentang dia secara akrab, seperti ketika kita
memiliki kesamaan pendapat. Kita tidak tahu apa-apa
tentang Tuhan. Kita tidak bisa meramal perilakunya
berdasarkan pengetahuan kita tentang manusia: “Maka, satu-
satunya kebenaran dalam pengetahuan kita tentang Tuhan,
adalah ketika kita menyadari bahwa kita tidak bisa
14
sepenuhnya mengetahui apa pun tentang dia.” Gregory
sering bergumul dengan upaya keras mendekati Tuhan.
Kebahagiaan dan kedamaian kontemplasi hanya dapat
diperoleh untuk sekejap setelah melewati perjuangan yang
begitu sengit. Sebelum merasakan manisnya Tuhan, jiwa
mesti bertarung mencari jalan keluar dari kegelapan yang
merupakan unsur alamiahnya: Jiwa
tidak dapat menancapkan tatapannya pada hal-
hal yang secara sekilas terlihat ada di dalam
dirinya sendiri, karena ia terdorong oleh
kebiasaannya sendiri untuk menyelam ke dalam.
Sementara itu, ia tersengal-sengal, berjuang
dan berupaya melampaui dirinya tetapi kembali
jatuh, tercengkeram oleh ketakutannya, ke
dalam kegelapan dirinya sendiri. 15
Tuhan hanya bisa dicapai setelah “kerja keras pikiran”, yang
mesti bergulat dengannya, seperti Yakub bergulat dengan
malaikat. Jalan menuju Tuhan sarat dengan rasa bersalah, air
mata, dan keletihan; ketika jiwa mendekatinya, “ia tak bisa
berbuat apa-apa kecuali menangis”. “Disiksa” oleh
hasratnya akan Tuhan, jiwa hanya bisa “menemukan
16
ketenangan dalam air mata, karena keletihan”. Gregory
tetap merupakan pembimbing spiritual yang penting hingga
abad kedua belas; jelaslah bahwa Barat masih merasa
bahwa Tuhan adalah sebuah beban.
~387~ (pustaka-indo)