Page 399 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 399
http://pustaka-indo.blogspot.com
lebih tinggi ini, tetapi orang Kristen lainnya dapat
memperoleh kilasan tentang sebagian dari pengalaman mistik
ini lewat ikon, patung-patung suci. Di Barat, seni keagamaan
menjadi sangat representasional: ia melukiskan peristiwa-
peristiwa historis dalam kehidupan Yesus atau orang-orang
suci. Namun di Byzantium, patung suci tidak dimaksudkan
untuk mewakili apa pun di dunia ini, tetapi merupakan upaya
menggambarkan secara visual pengalaman mistik para
hesychast yang tak terucapkan untuk memberi ilham kepada
orang-orang non-mistikus. Sebagaimana dijelaskan seorang
sejarahwan Inggris, Peter Brown, “Di seluruh dunia Kristen
Timur, ikon dan visi saling memperkuat satu sama lain.
Sebagiannya berkumpul pada satu titik fokus imajinasi
kolektif ... memastikan bahwa pada abad keenam, yang
adialami telah mengambil ciri yang tegas, di dalam mimpi dan
di dalam imajinasi setiap orang, sebagaimana lazimnya
tergambar dalam seni. Ikon itu memiliki keabsahan mimpi
22
yang mewujud.” Ikon-ikon tersebut tidak dimaksudkan
untuk menegakkan keimanan atau menyampaikan informasi,
ide, atau doktrin, tetapi hanya sebagai fokus kontemplasi
(theoria) yang memberi seorang beriman semacam jendela
ke dunia ilahi.
Namun demikian, patung-patung suci itu ternyata menjadi
begitu sentral bagi pengalaman Byzantium tentang Tuhan
sehingga pada abad kedelapan, patung-patung itu menjadi
titik perselisihan di kalangan gereja Yunani. Orang mulai
mempertanyakan apa yang sebenarnya digambarkan oleh
seorang seniman ketika mereka melukis Yesus. Mustahil
untuk menggambarkan keilahiannya, tetapi jika si seniman
mengklaim bahwa dia hanya menggambarkan kemanusiaan
Yesus, apakah dia berarti telah melakukan kesalahan
Nestorianisme, kepercayaan bid‘ah yang menyatakan bahwa
kemanusiaan dan keilahian Yesus merupakan dua hal yang
~392~ (pustaka-indo)