Page 404 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 404
http://pustaka-indo.blogspot.com
Massignon, seorang sarjana Prancis:
Seruan kaum mistik merupakan hasil dari
pemberontakan batin nurani untuk menentang
ketidakadilan sosial, bukan hanya yang
dilakukan oleh orang lain, melainkan terutama
kesalahan diri sendiri, dengan hasrat yang
makin ditingkatkan oleh penyucian batin untuk
29
bertemu Tuhan dengan pengurbanan apa pun.
Pada mulanya kaum sufi memiliki banyak kesamaan dengan
sekte-sekte lain. Rasionalis utama Mu‘tazilah, Wasil ibn
Atha’ (w. 748), pernah menjadi murid hasan Al-Bashri (w.
728), seorang zahid Madinah yang kemudian dihormati
sebagai salah seorang pendiri sufisme.
Kaum ulama mulai membedakan Islam secara tajam dari
agama-agama yang lain, memandangnya sebagai satu-
satunya iman yang sejati, tetapi kaum sufi kurang lebih tetap
berpegang pada visi Al-Quran tentang ketunggalan agama
wahyu. Yesus, misalnya, dihormati oleh banyak sufi sebagai
nabi dalam kehidupan kebatinan. Beberapa di antara mereka
bahkan bersedia mengubah syahadat dengan kata-kata: “Tak
ada tuhan selain Allah dan Yesus adalah utusan Allah,” yang
bisa dibenarkan secara teknis, namun secara niat bersifat
provokatif. Jika Al-Quran berbicara tentang Tuhan keadilan
yang mengilhami rasa takut dan kagum, seorang asketik
perempuan, Rabiah (w. 801), berbicara tentang cinta, dalam
cara yang diakrabi oleh kaum Kristen:
Aku cinta kepadamu dengan dua cinta,
Cinta karena diriku dan cinta karena engkau
memang layak dicinta
Cinta karena diriku
Adalah keadaanku senantiasa mengingatmu
Cinta karena dirimu
Adalah keadaanmu mengungkapkan tabir hingga
~397~ (pustaka-indo)