Page 400 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 400

http://pustaka-indo.blogspot.com
             berbeda?  Kaum  ikonoklastik  ingin  mengenyahkan  sama
             sekali  patung-patung  keramat  itu,  tetapi  gagasan  ini  ditolak
             oleh  dua  rahib  terkemuka:  John  dari  Damaskus  (656-747)
             yang berasal dari biara Mar Sabbas di dekat Betlehem, dan
             Theodore  (759-826)  dari  biara  Studius  di  dekat
             Konstantinopel.   Mereka   berpendapat   bahwa   kaum
             ikonoklastik  itu  keliru  jika  melarang  penggambaran  Kristus.
             Sejak  Inkarnasi,  baik  alam  material  maupun  raga  manusia
             telah  diberi  dimensi  ilahiah,  dan  seorang  seniman  boleh
             melukis jenis kemanusiaan baru yang ilahiah ini. Seniman itu
             juga melukis gambaran tentang Tuhan, karena Kristus sang
             logos  merupakan  ikon  Tuhan  par  excellence.  Tuhan  tidak
             dapat  tertampung  dalam  kata-kata  atau  diringkas  dalam
             konsep-konsep  manusia,  tetapi  bisa  “dideskripsikan”  oleh
             pena seniman atau dalam gerak simbolik liturgi.

             Peribadatan orang Yunani sangat bergantung pada ikon-ikon
             ini  sehingga  pada  tahun  820  kaum  ikonoklastik  terkalahkan
             oleh  arus  populer.  Akan  tetapi,  keyakinan  bahwa  Tuhan
             hingga  tingkat  tertentu  dapat  dideskripsikan  bukan  berarti
             teologi  apofatik  Denys  tercampakkan.  Dalam  karyanya
             Greater Apology for the Holy Images, pendeta Nicephoras
             mengklaim    bahwa   ikon-ikon   itu   “mengekspresikan
             keheningan  Tuhan,  memperlihatkan  melalui  diri  mereka
             betapa  misteri  yang  mentransendensi  wujud  itu  tak  bisa
             diceritakan. Tanpa henti dan tanpa kata-kata, patung-patung
             suci  itu  memuji  kebaikan  Tuhan  dalam  melodi  teologi  yang
                                          23
             luhur dan dicahayai tiga kali itu”.  Alih-alih membangkitkan
             kesetiaan pada dogma-dogma gereja dan membantu mereka
             membentuk gagasan yang jelas tentang iman mereka, ikon-
             ikon  itu  melingkupi  mereka  dengan  rasa  misteri.  Ketika
             menjelaskan  tentang  pengaruh  lukisan-lukisan  religius  ini,
             Nicephoras hanya bisa membandingkannya dengan pengaruh
             musik,  seni  yang  paling  tak  terucapkan  dan  mungkin  yang



                            ~393~ (pustaka-indo)
   395   396   397   398   399   400   401   402   403   404   405