Page 405 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 405
http://pustaka-indo.blogspot.com
engkau kulihat
Baik untuk ini maupun untuk itu pujian
bukanlah bagiku
Bagimulah pujian untuk kesemuanya. 30
Hal ini erat kaitannya dengan doanya yang terkenal: “Ya,
Allah! Jika aku menyembahmu karena takut api neraka,
bakarlah aku di dalam neraka; dan jika aku menyembahmu
karena mengharapkan surga, maka usirlah aku dari surga.
Namun, aku menyembahmu karena dirimu, jangan
31
sembunyikan keindahanmu yang abadi!” Cinta kepada
Tuhan menjadi ciri khas sufisme. Kaum sufi mungkin
dipengaruhi oleh kaum asketik Kristen di Timur Dekat,
namun Muhammad tetaplah merupakan pengaruh terpenting.
Mereka berharap bisa merasakan pengalaman tentang Tuhan
yang sama dengan yang pernah dialami Muhammad ketika
menerima wahyu. Dengan sendirinya mereka juga
terpengaruh oleh peristiwa pendakian mistikal Nabi ke langit,
yang dijadikan paradigma pengalaman mereka tentang
Tuhan.
Mereka juga mengembangkan berbagai teknik dan disiplin
yang membantu para sufi di seluruh dunia untuk mencapai
keadaan kesadaran yang berubah. Kaum sufi menambahkan
praktik berpuasa, bangun malam, dan membaca Nama Tuhan
sebagai zikir ke dalam dasar hukum Islam. Pengaruh dari
praktik-praktik ini kadang menghasilkan perilaku yang
tampak aneh dan tak terkendalikan, dan mistikus yang
berperilaku demikian disebut sebagai sufi yang “mabuk”.
Salah satu di antaranya adalah Abu Yazid Bistami (w. 874)
yang, seperti halnya Rabiah, mendekati Tuhan sebagai
kekasih. Dia meyakini bahwa dia harus berupaya
menyenangkan Allah sebagaimana yang dilakukannya
terhadap seorang perempuan dalam hubungan percintaan
manusia, mengurbankan kebutuhan dan hasratnya sendiri
~398~ (pustaka-indo)