Page 411 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 411
http://pustaka-indo.blogspot.com
wahyu. Bagi seorang mistik, wahyu adalah peristiwa yang
terjadi di dalam jiwanya sendiri, sementara bagi kaum yang
lebih konvensional seperti sebagian ulama, wahyu merupakan
peristiwa yang sudah terjadi di masa lalu. Akan tetapi, kita
telah melihat bahwa selama abad kesebelas, para filosof
Muslim semacam Ibn Sina dan Al-Ghazali sendiri telah
menyadari bahwa penjelasan objektif tentang Tuhan sungguh
tidak memuaskan dan mereka pun beralih kepada mistisisme.
Al-Ghazali telah berhasil membuat mistisisme dapat diterima
di kalangan mayoritas umat dan memperlihatkan bahwa
sufisme merupakan bentuk spiritualitas Muslim yang paling
autentik.
Selama abad kedua belas, filosof Iran Yahya Suhrawardi dan
filosof kelahiran Spanyol Muhyiddin Ibn Al-Arabi
menggabungkan secara sangat erat filsafat dengan
mistisisme dan membuat pengalaman kaum sufi tentang
Tuhan menjadi biasa di berbagai wilayah Islam. Namun,
sebagaimana Al-Hallaj, Suhrawadi dijatuhi hukuman mati
oleh kaum ulama di Aleppo pada tahun 1191, untuk sebab
yang hingga kini tak diketahui. Sepanjang hidupnya dia
berupaya menggabungkan apa yang disebutnya sebagai
agama “Timur” dengan Islam, yang berarti melengkapi usaha
yang telah dirintis oleh Ibn Sina. Dia berpendapat bahwa
semua tokoh agama dunia kuno telah menyebarkan satu
doktrin yang sama. Pada mulanya doktrin itu diwahyukan
kepada Hermes (yang oleh Suhrawardi diidentifikasi sebagai
nabi yang bernama Idris di dalam Al-Quran atau enok di
dalam Alkitab); di kalangan Yunani doktrin itu disampaikan
melalui Plato dan Pythagoras, sedangkan di Timur Tengah
melalui kaum Zoroaster Magi. Namun sejak Aristoteles,
doktrin itu telah disamarkan oleh filsafat yang secara sempit
lebih bersifat intelektual, tetapi diam-diam terwariskan dari
satu tokoh ke tokoh lain hingga akhirnya sampai kepada
~404~ (pustaka-indo)