Page 416 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 416
http://pustaka-indo.blogspot.com
kita. Alam ini tidak mungkin dipersepsikan oleh akal atau
indra. Fakultas imajinasi kreatiflah yang membuat kita
mampu menyingkapkan arketipe yang tersembunyi, seperti
halnya penafsiran simbolik Al-Quran menyingkapkan makna
spiritualnya yang hakiki. Alam al-mitsal mirip dengan
persepsi kaum Ismaili tentang sejarah spiritual Islam yang
merupakan makna sejati peristiwa-peristiwa duniawi atau
angelologi Ibn Sina, yang telah kita diskusikan pada bab yang
lalu. Ini akan menjadi krusial bagi seluruh mistikus Islam
masa depan sebagai cara untuk menafsirkan pengalaman
dan penampakan mereka. Suhrawardi mencermati visi-visi
yang sangat mirip, baik yang dialami kaum Shaman, mistikus,
atau kaum ekstatik lain dalam berbagai kebudayaan. Pada
masa sekarang banyak orang tertarik pada fenomena
semacam ini. Konsepsi Jung tentang ketidaksadaran kolektif
merupakan suatu upaya ilmiah untuk menguji pengalaman
imajinatif yang lazim dialami manusia ini. Beberapa sarjana
lain, seperti ahli filsafat agama Rumania-Amerika, Mircea
Eliade, telah berupaya membuktikan bagaimana epik-epik
para penyair kuno dan beberapa bentuk kisah dongeng
diturunkan dari perjalanan ekstatik dan pengembaraan
mistik. 38
Suhrawardi berkeyakinan bahwa visi kaum mistik dan
simbol-simbol kitab suci—seperti langit, neraka, dan hari
Kiamat—sama nyatanya dengan fenomena yang kita alami
di dunia ini, tetapi dengan cara yang tidak sama. Visi dan
simbol itu tidak bisa dibuktikan secara empiris, tetapi hanya
dapat dicermati oleh fakultas imajinasi yang terlatih, yang
membuat kaum visioner mampu melihat dimensi spiritual
fenomena duniawi. Pengalaman ini tidak bisa dicerap oleh
indra orang-orang yang tidak mengikuti latihan yang
disyaratkan, seperti halnya pengalaman pencerahan Buddhis
hanya bisa dirasakan ketika latihan moral dan mental yang
~409~ (pustaka-indo)