Page 418 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 418
http://pustaka-indo.blogspot.com
manusia, sekalipun realitas yang dirujuk oleh simbol-simbol
itu tetap tak tertangkap. Sebuah simbol dapat didefinisikan
sebagai objek atau gagasan yang dapat dipersepsi oleh indra
atau ditangkap oleh pikiran, tetapi di dalamnya kita tidak
melihat apa pun selain dirinya sendiri. Akal saja tidak akan
membuat kita mampu mempersepsikan yang khusus,
universal, atau abadi di dalam yang partikular dan temporal.
Itulah tugas imajinasi kreatif, yang kepadanya kaum mistik
dan para seniman menisbahkan wawasan mereka.
Sebagaimana di dalam seni, simbol religius yang paling
efektif adalah yang dibimbing oleh pengetahuan dan
pemahaman rasional tentang kondisi manusia. Suhrawardi,
yang mampu menulis dalam bahasa Arab yang sangat indah
dan ahli metafisika yang sangat terampil, adalah seorang
mistikus sekaligus seniman yang kreatif. Dengan
menyatukan apa-apa yang tampaknya tak terkait—sains dan
mistisisme, filsafat pagan dengan agama monoteistik—dia
mampu membantu kaum Muslim menciptakan simbol-simbol
mereka sendiri dan menemukan makna dan posisi penting
baru dalam kehidupan.
Tokoh yang lebih berpengaruh daripada Suhrawardi adalah
Muhyiddin ibn Al-Arabi (1165-1240), yang kehidupannya
mungkin dapat kita pandang sebagai simbol keterpisahan
cara pandang Timur dan Barat. Ayahnya adalah sahabat Ibn
Rusyd, yang sangat terkesan akan kesalehan anak muda itu
pada suatu kesempatan ketika keduanya bertemu muka.
Ketika tertimpa penyakit keras, Ibn Arabi beralih kepada
sufisme, dan pada usia tiga puluh tahun, meninggalkan Eropa
menuju Timur Tengah. Dia menunaikan ibadah haji dan
menghabiskan waktu selama dua tahun untuk berdoa dan
bermeditasi di Ka‘bah, dan akhirnya menetap di Malatya, di
sekitar Sungai Efrat. Ibn Al-Arabi dijuluki Syaikh Al-Akbar.
Pengaruhnya terhadap konsepsi ketuhanan kaum Muslim
~411~ (pustaka-indo)