Page 423 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 423
http://pustaka-indo.blogspot.com
Musa, yang membawakan hukum lahiriah bagi orang Israel.
Khidir telah dianugerahi ilmu istimewa tentang Tuhan
sehingga Musa meminta bimbingannya, tetapi Khidir
menyatakan bahwa Musa takkan mampu menanggungnya
karena ilmu itu berada di luar jangkauan pengalaman
45
keagamaannya. Tak ada gunanya mencoba untuk
memahami “informasi” keagamaan yang belum pernah kita
alami sendiri. Nama Khidir tampaknya mengandung arti
“Yang hijau”, mengindikasikan bahwa filsafatnya selalu segar
dan dapat terus-menerus diperbarui. Bahkan, seorang nabi
setinggi Musa tidak mampu memahami bentuk-bentuk
esoterik agama, sebab, di dalam Al-Quran, dia mengakui
bahwa dirinya tak mampu menjalankan metode yang
dianjurkan oleh Khidir. Makna dari episode asing ini
kelihatannya mengisyaratkan bahwa penampilan lahiriah
suatu agama tidak selalu berhubungan dengan unsur spiritual
atau mistikalnya. Orang-orang seperti kaum ulama mungkin
takkan mampu memahami Islam seorang sufi semacam Ibn
Al-Arabi. Tradisi Muslim telah menjadikan Khidir sebagai
guru bagi semua pencari kebenaran mistik, yang secara
inheren lebih unggul daripada, dan sangat berbeda dari,
bentuk-bentuk harfiah dan lahiriah. Dia tidak mengarahkan
muridnya untuk sampai pada persepsi tentang Tuhan yang
sama bagi semua orang, tetapi kepada Tuhan yang subjektif
dalam pengertian paling dalam dari kata tersebut.
Khidir juga memiliki kedudukan penting di kalangan kaum
Ismaili. Meski pada kenyataannya Ibn Al-Arabi adalah
seorang Sunni, ajaran-ajarannya sangat dekat kepada
Ismailiyah dan bahkan setelah itu dimasukkan ke dalam
teologi mereka—contoh lain tentang kemampuan agama
mistik untuk melampaui sekat-sekat sektarian. Seperti halnya
kaum Ismaili, Ibn Al-Arabi juga menekankan derita Tuhan,
sebuah konsep yang sangat berbeda dengan apatheis Tuhan
~416~ (pustaka-indo)