Page 424 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 424

http://pustaka-indo.blogspot.com
             para  filosof.  Tuhan  kaum  mistik  rindu  untuk  dikenal  oleh
             makhluk-makhluknya.  Kaum  Ismaili  percaya  bahwa  kata
             ilah  (Tuhan)  berasal  dari  akar  kata  dalam  bahasa  Arab
                                                         46
             walaha  yang  artinya  bersedih  atau  mengeluh.   Seperti
             dalam hadis qudsi yang menyatakan bahwa Allah berfirman:
             “Aku  adalah  perbendaharaan  tersembunyi  dan  aku
             ingin dikenal. Kemudian aku ciptakan makhluk-makhluk
             agar  aku  dikenal  oleh  mereka.”  Tak  ada  bukti  rasional
             tentang kesedihan Tuhan; kita mengetahuinya hanya melalui
             kerinduan  kita  sendiri  akan  sesuatu  yang  bisa  memenuhi
             hasrat-hasrat kita yang paling dalam dan untuk menjelaskan
             tragedi dan nestapa kehidupan. Karena kita diciptakan dalam
             citra Tuhan, kita harus merefleksikan Tuhan sebagai arketipe
             tertinggi.  Kerinduan  kita  terhadap  realitas  yang  kita  sebut
             “Tuhan”,  oleh  karena  itu,  pastilah  mencerminkan  simpati
             terhadap derita Tuhan. Ibn Al-Arabi membayangkan Tuhan
             yang  sendiri  itu  mendesahkan  kerinduan.  Namun,  desahan
             (nafas  rahmani)  ini  bukanlah  ungkapan  rasa  iba  diri,
             melainkan  sebuah  kekuatan  aktif  kreatif  yang  membuat
             kosmos kita menjadi ada; kekuatan itu juga meniupkan wujud
             manusia,   yang    menjadi   logoi,   kata-kata   yang
             mengungkapkan  Tuhan  bagi  dirinya  sendiri.  Dengan
             demikian, setiap manusia merupakan epifani unik dari Tuhan
             gaib,  memanifestasikan  dirinya  dalam  cara  khusus  dan  tak
             dapat diulang.

             Setiap  logoi  ilahi  merupakan  nama-nama  yang  dengannya
             Tuhan  memanggil  dirinya  sendiri,  membuat  dirinya  hadir
             secara  total  dalam  setiap  epifaninya.  Tuhan  tidak  bisa
             diringkas dalam satu ekspresi manusiawi karena realitas suci
             itu tidak terbatas. Ini berarti bahwa wahyu yang diciptakan
             Tuhan pada setiap kita adalah unik dan berbeda dari Tuhan
             yang  dikenal  oleh  tak  terhingga  manusia  yang  juga
             merupakan  logoi-nya.  Kita  hanya  bisa  mengenal  “Tuhan”



                            ~417~ (pustaka-indo)
   419   420   421   422   423   424   425   426   427   428   429