Page 417 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 417

http://pustaka-indo.blogspot.com
             dibutuhkan  telah  dilakukan.  Semua  pikiran,  gagasan,
             keinginan,  mimpi,  dan  visi  kita  bersesuaian  dengan  realitas-
             realitas yang ada di alam al-mitsal. Nabi Muhammad Saw.,
             misalnya, telah menyadari adanya dunia perantara ini lewat
             peristiwa  Isra’  dan  Mi‘raj,  yang  membawanya  ke  gerbang
             alam  ilahiah.  Suhrawardi  juga  mengklaim  bahwa  visi-visi
             Mistisisme  Mahkota  Yahudi  terjadi  ketika  mereka  telah
             memasuki  alam  al-mitsal  selama  latihan  konsentrasi
             spiritual.  Oleh  karena  itu,  jalan  menuju  Tuhan  tidak  hanya
             melalui  akal,  seperti  yang  dibayangkan  oleh  para  faylasuf,
             tetapi juga melalui imajinasi kreatif, alam kaum mistik.

             Pada  masa  sekarang  banyak  orang  di  Barat  akan  kecewa
             jika  seorang  teolog  terkemuka  menyatakan  bahwa  Tuhan
             dalam  pengertian  tertentu  merupakan  produk  imajinasi.
             Sungguhpun  demikian,  haruslah  dinyatakan  bahwa  imajinasi
             merupakan  daya  utama  dalam  beragama.  Daya  ini
             didefinisikan  oleh  Jean-Paul  Sartre  sebagai  kemampuan
                                                  39
             untuk memikirkan apa yang tidak ada.  Manusia adalah
             satu-satunya  makhluk  yang  memiliki  kapasitas  untuk
             mempertimbangkan sesuatu yang tidak ada atau belum ada,
             yang  semata-mata  baru  bersifat  mungkin.  Imajinasi  dengan
             demikian merupakan sebab utama dari kemajuan besar yang
             dicapai  manusia  dalam  sains  dan  teknologi  maupun  dalam
             seni  dan  agama.  Gagasan  tentang  Tuhan,  bagaimanapun
             definisinya,  mungkin  merupakan  contoh  utama  dari  realitas
             yang  tidak  ada  yang,  meski  dengan  berbagai  masalah yang
             melekat di dalamnya, terus mengilhami umat manusia selama
             ribuan  tahun.  Satu-satunya  cara  untuk  mengonsepsikan
             Tuhan,  yang  tetap  tidak  bisa  dipersepsikan  oleh  indra  dan
             bukti-bukti  logis,  adalah  melalui  simbol-simbol,  yang
             penafsirannya  merupakan  fungsi  utama  akal  imajinatif.
             Suhrawardi telah mengupayakan tafsiran imajinatif terhadap
             simbol-simbol  yang  berpengaruh  besar  bagi  kehidupan



                            ~410~ (pustaka-indo)
   412   413   414   415   416   417   418   419   420   421   422