Page 470 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 470
http://pustaka-indo.blogspot.com
Aristoteles terasa gersang, Tuhannya jauh dan tak bisa
dijangkau. Bahkan banyak yang menyalahkan filsafat atas
bencana yang datang menimpa mereka dan menuduh filsafat
telah melemahkan Yudaisme serta melunturkan rasa
keistimewaan Israel. Ajarannya yang universal dan sikap
terbuka terhadap filsafat non-Yahudi telah menarik banyak
orang Yahudi untuk menerima baptisme. Filsafat tidak pernah
lagi menjadi spiritualitas yang penting di dalam Yudaisme.
Orang-orang ternyata merindukan sebuah pengalaman
ketuhanan yang lebih langsung. Di Safed, kerinduan ini
memperoleh intensitas yang nyaris bersifat erotik. Kaum
Kabbalis biasa mengembara di bukit-bukit Palestina dan
berbaring di makam-makam para Talmudis terkemuka agar
bisa, seolah-olah, menyerap visi para tokoh itu ke dalam
kehidupan mereka yang galau. Mereka sering bangun
sepanjang malam, tidak tidur seperti seorang pencinta yang
frustrasi, menyenandungkan lagu-lagu cinta kepada Tuhan,
dan memanggil-manggil nama kesenangannya. Mereka
merasa bahwa mitologi dan latihan-latihan Kabbalah telah
menyingkap rahasia mereka dan menyentuh duka di dalam
jiwa-jiwa mereka melalui cara yang tak mampu dilakukan
oleh metafisika dan kajian atas Talmud. Namun, karena
keadaan mereka sangat berbeda dengan yang dihadapi Musa
dari Leon, penulis Zohar, para pengungsi Spanyol itu perlu
menyesuaikan visinya agar bisa menyuarakan kondisi khas
mereka. Mereka menemukan solusi imajinatif luar biasa yang
menyamakan keterusiran mutlak dengan Ketuhanan mutlak.
Keterusiran orang Yahudi menyimbolkan dislokasi radikal di
jantung semua eksistensi. Bukan hanya seluruh tatanan
ciptaan tidak lagi berada di tempatnya yang semestinya,
bahkan Tuhan pun telah terusir dari dirinya sendiri. Kabbalah
baru dari Safed segera meraih popularitas dan menjadi
gerakan massa yang tidak saja mengilhami kaum Sephardim,
~463~ (pustaka-indo)