Page 473 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 473

http://pustaka-indo.blogspot.com
             cara  membayangkan  apa  yang  terjadi  sebelum  emanasi
             sefiroth, ketika En Sof telah mengalihkan dirinya sendiri ke
             dalam  introspeksi  yang  sublim.  Demi  menyediakan  ruang
             bagi  dunia,  demikian  Luria  menduga,  En  Sof,  seolah-olah,
             mengosongkan  sebuah  kawasan  di  dalam  dirinya  sendiri.
             Dalam  tindakan  “pengerutan”  atau  “penarikan  diri”
             (tsimtsum) ini, Tuhan telah menciptakan sebuah tempat yang
             dia  tidak  berada  di  dalamnya,  sebuah  ruang  kosong  yang
             dapat diisinya melalui proses pewahyuan diri dan penciptaan
             yang  terjadi  secara  serempak.  Ini  merupakan  upaya  yang
             sangat berani dalam mengilustrasikan doktrin penciptaan ex
             nihilo  yang  sulit:  tindakan  paling  awal  dari  En  Sof  adalah
             “pengucilan sebagian dirinya atas kehendaknya sendiri”. Dia
             telah, seolah-olah, turun lebih jauh ke dalam wujudnya sendiri
             dan  menetapkan  suatu  batasan  pada  dirinya  sendiri.  Ini
             adalah  sebuah  ide  yang  tidak  berbeda  dengan  kenosis
             primordial  yang  pernah  dibayangkan  oleh  orang  Kristen  di
             dalam  Trinitas,  yakni  ketika  Tuhan  mengosongkan  diri  ke
             dalam  Putranya  melalui  tindakan  ekspresi  diri.  Bagi  kaum
             Kabbalis  abad  keenam  belas,  tsimtsum  pada  dasarnya
             merupakan  simbol  keterusiran,  yang  mendasari  struktur
             seluruh  eksistensi  tercipta  dan  telah  dialami  oleh  En  Sof
             sendiri.

             “Ruang  kosong”  yang  diciptakan  oleh  penarikan  diri  Tuhan
             dikonsepsikan sebagai sebuah lingkaran yang dikelilingi oleh
             En Sof di semua sisinya. Ini adalah tohu u-bohu, yakni bumi
             tak  berbentuk  yang  disebutkan  di  dalam  Kitab  Kejadian.
             Sebelum  pengerutan  tsimtsum,  berbagai  “kuasa”  Tuhan
             (yang kemudian menjadi sefiroth) berpadu secara harmonis,
             tak terbedakan satu sama lain. Ampunan (Hesed) Tuhan dan
             Pengadilannya  yang  tegas  (Din)  hadir  di  dalam  Tuhan
             dengan  keselarasan  sempurna.  Namun  selama  proses
             tsimtsum,  En  Sof  memisahkan  Din  dari  sifat-sifatnya  yang




                            ~466~ (pustaka-indo)
   468   469   470   471   472   473   474   475   476   477   478