Page 481 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 481
http://pustaka-indo.blogspot.com
kepercayaan untuk tetap hidup.
Orang Kristen Eropa tidak mampu menghasilkan spiritualitas
positif semacam itu. Mereka juga telah mengalami bencana
historis yang tidak bisa dilipur oleh agama filosofis kaum
skolastik. Wabah hitam tahun 1348, kejatuhan Konstantinopel
pada 1453, skandal eklesiastikal Avignon Captivity (1334-42),
dan Perpecahan Besar (1378-1417) telah menampakkan
dengan jelas ketakberdayaan kondisi manusia dan
menjatuhkan reputasi gereja. Manusia tampaknya tidak
mampu melepaskan dirinya sendiri dari nasib yang
menakutkan tanpa pertolongan Tuhan. Oleh karena itu,
selama abad keempat belas dan kelima belas, para teolog
semacam Duns Scotus dari Oxford (1265-1308)—jangan
disamakan dengan Duns Scotus Erigena—dan teolog Prancis
Jean de Gerson (1363-1429) menekankan kedaulatan Tuhan,
yang mengendalikan urusan manusia sekeras seorang
penguasa absolut. Manusia tak bisa berkontribusi apa pun
bagi penyelamatan diri mereka sendiri; perbuatan baik tidak
memiliki nilai kebaikan dalam dirinya sendiri, tetapi hanya
karena Tuhan telah secara murah hati telah menetapkannya
sebagai kebaikan. Namun demikian, selama beberapa abad
ini juga terjadi pergeseran penekanan. Gerson sendiri adalah
seorang mistiskus yang percaya bahwa lebih baik
“berpegang teguh kepada cinta Tuhan tanpa banyak
bertanya” daripada “berusaha memahami hakikat Tuhan
7
melalui nalar yang didasarkan pada iman sejati”. Mistisisme
sedang naik daun di Eropa selama abad keempat belas,
seperti yang telah kita saksikan, dan orang-orang mulai
mengapresiasi bahwa akal tidak mampu menjelaskan misteri
yang mereka sebut “Tuhan”. Seperti yang dikatakan oleh
Thomas à Kempis di dalam The Imitation of Christ:
Apa manfaatnya memperdalam pembahasan tentang
Trinitas, jika engkau tak punya kerendahan
~474~ (pustaka-indo)