Page 486 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 486
http://pustaka-indo.blogspot.com
Pandangan-pandangan baru era Renaisans tidak bisa
menjawab ketakutan lebih mendalam yang, sebagaimana
Tuhan, berada di luar jangkauan akal. Tak lama berselang
setelah kematian Nicholas, tersebar ketakutan yang
mencekam di negeri asalnya, Jerman, dan di seluruh Eropa.
Pada 1484, Paus Innocent VIII menerbitkan Summa
Desiderantes, yang menandai awal dari kegilaan terhadap
sihir yang merebak secara sporadis di seluruh Eropa selama
abad keenam belas dan ketujuh belas di kalangan komunitas
Protestan maupun Katolik. Peristiwa ini kembali
menyingkapkan sisi gelap spirit Barat. Selama penyiksaan
terselubung ini, ribuan pria dan wanita disiksa dengan kejam
hingga mereka mengaku telah melakukan kejahatan yang
mencengangkan. Mereka dikatakan telah berhubungan
kelamin dengan setan-setan, terbang ribuan mil di angkasa
untuk ikut serta dalam pesta-pesta orgi yang menyembah
setan, bukannya Tuhan, di dalam Misa yang cabul. Kini, kita
mengetahui bahwa sihir itu tidak ada, tetapi kegilaan itu
mewakili fantasi kolektif yang sama-sama diyakini oleh para
Inkuisitor yang terpelajar maupun para korbannya yang
malang. Mereka mengimpikan hal-hal semacam itu dan
dengan mudah terbujuk untuk meyakini bahwa hal itu
memang betul-betul ada. Fantasi itu terkait dengan anti-
Semitisme dan kecemasan seksual yang mendalam. Setan
muncul sebagai bayangan Tuhan yang baik dan berkuasa,
namun mustahil untuk didekati. Ini tidak terjadi di dalam
agama-agama ketuhanan lainnya. Al-Quran, misalnya, telah
menyatakan dengan jelas bahwa setan akan diampuni di hari
Kiamat. Beberapa di antara kaum sufi mengklaim bahwa
setan terusir dari surga karena mencintai Tuhan melebihi
malaikat-malaikat yang lain. Tuhan telah memerintahkan
setan untuk bersujud kepada Adam pada hari penciptaan,
tetapi setan menolak karena berkeyakinan bahwa
ketundukan seperti itu hanya wajib dilakukan kepada Tuhan
~479~ (pustaka-indo)