Page 487 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 487

http://pustaka-indo.blogspot.com
             semata. Namun di Barat, setan menjadi figur kejahatan yang
             tak terkendalikan. Dia sering digambarkan sebagai binatang
             raksasa  dengan  nafsu  seksual  tak  terbendung  dan  alat
             kelamin yang besar. Seperti dikemukakan oleh Norman Cohn
             dalam bukunya Europe’s Inner Demons, potret setan seperti
             ini  bukan  hanya  merupakan  proyeksi  ketakutan  dan
             kecemasan  terpendam.  Kegilaan  terhadap  sihir  ini  juga
             menandai  desakan  pemberontakan  bawah  sadar  terhadap
             agama  yang  represif  dan  Tuhan  yang  keras.  Dalam  ruang
             penyiksaan mereka, para Inkuisitor dan “tukang sihir” sama-
             sama menciptakan suatu fantasi yang merupakan pembalikan
             dari  agama  Kristen.  Misa  hitam  menjadi  sebuah  upacara
             menakutkan,  tetapi  sangat  memuaskan  untuk  menyembah
             setan sebagai pengganti Tuhan yang kini tampak kejam dan
             terlalu menakutkan untuk didekati. 16

             Martin  Luther  (1483-1546)  adalah  seorang  yang  sangat
             percaya  pada  sihir  dan  memandang  kehidupan  Kristen
             sebagai  peperangan  melawan  setan.  Reformasi  dapat
             dipandang  sebagai  usaha  untuk  menjawab  kecemasan  ini
             meskipun  kebanyakan  Reformis  tidak  mengajukan  satu
             konsepsi  yang  baru  tentang  Tuhan.  Tentu  saja  terlalu
             menyederhanakan  jika  siklus  besar  perubahan  keagamaan
             yang terjadi di Eropa selama abad keenam belas itu disebut
             sebagai “Reformasi”. Istilah itu mengesankan gerakan yang
             lebih  serius  dan  terpadu  dibandingkan  dengan  yang
             sebenarnya  terjadi.  Banyak  Reformis—Katolik  maupun
             Protestan—yang  berusaha  mengartikulasikan  kesadaran
             keagamaan  baru  yang  mereka  rasakan  dengan  kuat,  tetapi
             belum  dikonseptualisasi  atau  dipikirkan  secara  sadar.  Kita
             tidak  mengetahui  secara  persis  mengapa  “Reformasi”  itu
             terjadi:  para  pakar  zaman  sekarang  memperingatkan  kita
             untuk tidak menerima begitu saja penjelasan dalam buku teks
             lama. Perubahan-perubahan itu tidak sepenuhnya disebabkan



                            ~480~ (pustaka-indo)
   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491   492