Page 490 - Karen Armstong - Sejarah Tuhan
P. 490
http://pustaka-indo.blogspot.com
kecemasannya berhasil dihilangkan. Penyingkapan yang
terjadi “membuatku merasa seperti terlahir kembali, dan
seakan-akan aku telah memasuki gerbang terbuka menuju
surga”. 20
Sungguhpun demikian, dia tetap sangat pesimistik terhadap
watak manusia. Pada tahun 1520, dia mengembangkan apa
yang disebutnya sebagai Teologi Salib. Dia mengambil frase
itu dari Paulus, yang berkata kepada jemaat di Korintus
bahwa salib Kristus telah membuktikan “yang bodoh dari
Allah lebih besar hikmatnya daripada manusia dan yang
21
lemah dari Allah lebih kuat daripada manusia”. Tuhan
menjustifikasi “pendosa” yang, menurut standar kemanusiaan
murni, hanya layak untuk dihukum. Kekuatan Tuhan
terungkap dalam apa yang dianggap sebagai kelemahan
dalam pandangan manusia. Jika Luria mengajarkan para
Kabbalisnya bahwa Tuhan hanya bisa ditemukan di dalam
kebahagiaan dan ketenteraman, Luther mengatakan bahwa
“Tuhan hanya bisa ditemukan di dalam penderitaan dan
22
Salib.” Dari pendapat ini, dia mengembangkan polemik
menentang skolastisisme. Dia membedakan antara teolog
palsu, yang memamerkan kecerdasan manusia dan
“memandang apa-apa yang gaib dari Tuhan seakan-akan
bisa dipersepsikan dengan jelas”, dari teolog sejati yang
“memahami apa-apa yang terlihat dan berwujud dari Tuhan
23
melalui penderitaan dan Salib”. Doktrin Trinitas dan
Inkarnasi tampaknya meragukan jika dilihat dari cara
perumusannya oleh para Bapa gereja; kompleksitasnya
24
menyiratkan “teologi kemuliaan” yang palsu. Namun,
Luther tetap setia pada ortodoksi Nicaea, Efesus, dan
Chalcedon. Bahkan, teorinya tentang justifikasi bersandar
kepada keilahian Kristus dan status Trinitariannya. Doktrin-
doktrin tradisional tentang Tuhan ini sudah mengakar terlalu
~483~ (pustaka-indo)